Pada hari Jum'at (21/01/11) lalu saya menemani Ibu dan Adik saya ( My Honey) berkeliling Jogja. Â Mereka sengaja datang untuk menikmati sisa masa liburan semester yang berakhir Minggu ini. Seperti biasa, titik point penting Jogja tidak pernah lepas dari pesona pariwisatanya. Sehari sebelumnya kami berkunjung ke kaki gunung merapi yang tetap mempesna walaupun sudah luluh lantah karena terjangan awan panas. Walau hujan tapi kalau sudah bareng dengan kekasih hati, semua bakal rela. hehehe
Barulah pada Jum'at siang kami meyusuri pusat wisata Jogja yakni Malioboro. Pasar beringharjo sudah menjadi korban huntig batik hingga berlanjut ke Mirota Batik yang khas dengan aroma dupanya. Hmmmmm... Setelah puas dengan berbelanja oleh-oleh, Ibu bermaksud untuk membeli panganan khas Jogja. Apalagi kalau bukan Bakpia Pathok 25. Bakpia Pathok 25 sebenarnya banyak dijajakan di sepanjang jalan wisata di Jogja, tapi feel-nya pasti berbeda bila langsung dapat melihat proses pembuatannya. Ternyata memang terbukti, perpaduan budaya dan industri besarpun tidak bisa dijauhkan. Keramahan karyawan dan sajian produk, membuat diri tidak sanggup untuk tidak membeli. Alhasil aneka rasa Bakpia Pathok 25 terbungkus dalam kerdus.
Selama di dalam pabriknya, lokasi produksi dan pemasaran tidak berjauhan. Sehingga aromanya begitu menyatu dengan rasanya yang gurih. Apalagi disediakan pula hidangan gratis alias untuk coba-coba. Aneka rasa bakpia pathok 25 dan beberapa jenis panganan khas Jogja dan sekitarnya juga disediakan di tempat khusus yang berdampingan dengan tempat pembuatannya.
Tidak lengkap rasanya jika tidak melihat bagaimana proses pembuatannya. Maka saya mencoba untuk sedikit nakal dengan mengintip. Tiba-tiba saya dihampiri oleh seorang karyawan wanita. Wahhhh... Serta merta saya memohon ma'af, tapi di luar dugaan saya malah diajak untuk masuk ke dalam. Saya hanya tersenyum melas dengan adik yang selalu menempel di sampingku. Wanita tadi membimbing saya masuk lebih ke dalam untuk melihat rangkaian prosesnya, live in Bakphia Pathok 25.
Beragam hal unik dan menarik berhasil saya dokumentasikan di dalam memori kamera pribadi. Agar tidak kehilangan momentum saat di pintu gerbang Kompasiana. Silahkan dinikmati bagi yang berminat, tapi jika tidak lihat saja gambarnya. Mungkin bisa membuat Anda tertarik ke Jogjakarta dan berkunjung ke tempat ini.
[caption id="attachment_85262" align="aligncenter" width="502" caption="Ruang Pemasaran (dok.Pribadi)"][/caption]
Ini salah satu ruang pemasaran yang saya maksud. Disediakan aneka jajanan khas Jogja juga tentu tidak ketinggalan Bakpia Pathok 25 hasil produksi pabrik. Karena tidak sempat memotret lokasi dan papan namanya, maka saya berikan saja alamatnya. Perusahaan Bakpia Pathuk "25" terletak di Jl. AIP II KS Tubun NG I/504, desa Pathuk Yogyakarta. Lokasinya terletak persis di belakang Malioboro Jogja. Jadi mudah bagi Anda untuk berwisata sekaligus berkuliner ria bersama keluarga. Untuk bisa sampai ke Pabriknya, cukup dengan menggunakan jasa tukang becak dengan membayar Rp 5.000,- pulang pergi.
Dalam kilas sejarahnya, lebih direkomendasikan agar langsung bisa me-reviewnya di website perusahaannya www.bakpia25.com. Ternyata Bakpia berasal dari negeri Cina, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Selain itu pula bakpia mulai diproduksi di kampung Pathok Yogyakarta, sejak sekitar tahun 1948. Waktu itu masih diperdagangkan secara eceran dikemas dalam besek tanpa label, peminatnya pun masih sangat terbatas. Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan. Pada tahun 1980 mulai tampil kemasan baru dengan merek dagang sesuai nomor rumah, diikuti munculnya bakpia-bakpia lain dengan merek dagang nomer berlainan. Demikian pesatnya perkembangan "kue oleh-oleh" itu hingga mencapai booming sejak sekitar tahun 1992.
Produksi bakpia yang dilakukan oleh bapak Arlen Sanjaya (Bp Arlen Sanjaya adalah generasi penerus pembuat Bakpia Pathok 25 yang dahulu berasal dari bisnis keluarga) setiap harinya tidak tetap karena produk yang dibuat "Selalu Baru dan Hangat". Perusahaan Bakpia Pathok "25" mempunyai 5 toko cabang yaitu 2 toko cabang di jalan AIP KS. Tubun dan 1 toko cabang di jalan Bhayangkara,serta 2 toko dijalan Laksada Adisucipto (jalan ke arah kota Solo). Toko-toko cabang ini biasanya mengambil bakpia dari pusat produksi dengan merek dagang 25.
[caption id="attachment_85264" align="alignleft" width="300" caption="Bahan Baku Bakpia Pathok 25 (dok.Pribadi)"]
- Menjemur kacang hijau untuk menghilangkan kutu dan seleksi kacang. Memisahkan kacang dengan kulit kacang hijau.
- Dipecah menjadi 2 bagian dan dicuci bersih.
- Pengukusan.
- Digiling sampai lembut. Dimasak dalam mixer, dicampur dengan gula pasir secukupnya.
- Pembuatan kulit. Bahan yang digunakan adalah, tepung terigu, gula pasir, air, minyak goreng. Diaduk dalam mixer. Proses ini dinamakan proses rolling, sampai kalis.
- Proses pemanggangan.
- Terakhir proses packing / pengemasan.
Untuk lebih jelasnya mungkin bisa Anda lihat di dalam beberapa gambar di bawah ini. Semoga dapat lebih jelas dengan adanya saya sebagai objeknya (narziz). [caption id="attachment_85269" align="alignleft" width="300" caption="Pembuatan Adonan (dok.Pribadi)"]