Belas kasih dan kasih sayang sudah ada dalam diri manusia. Tetapi, rasa belas kasih yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Ada rasa belas kasih yang teramat besar sampai paling kecil. Tingkatan rasa belas kasih manusia dimulai berbagai faktor lingkungan kehidupan (pergaulan). Pergaulan antar manusia menciptakan sifat atau watak sebagai individu dari kelompok-kelompok tersebut.
Tahun 2019 mucul sebuah kosakata baru yang memang kejadiannya telah berlasung sejak lama. Kosakata itu disebut dengan “Bystander Effect”. Bystander Effect dapat dicontoh ketika terjadi kecelakaan kendaraan, atau kejadian lainnya tapi tidak ada satupun orang yang tertindak untuk melakukan pertolongan.
Fenomena seperti itu disebut dengan “bystander effect” [1]. Ketika seseorang membutuhkan pertolongan, tetapi orang-orang disekitar melihat akan berpikir bahwa akan ada orang lainnya yang akan menolong. Celakanya, semua orang berpikir seperti itu hingga tidak ada satupun yang melakukan pertolongan terhadap korban.
Kasus bystander effect sudah ada di Indonesia dan juga terjadi sejak lama. Berita dari www.bbc.com dengan judul “Tanjakan Emen: Mengapa ‘banyak’ orang hanya menonton, tidak menolong korban kecelakaan”.
“Sekelimut kisah miris terselip dalam kecelakaan bus maut di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, akhir pekan lalu yang menyebabkan 27 orang meninggal dunia dan mereka adalah anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Permata, Ciputat, Tangerang Selatan.
Salah satu korban yang selamat, Karmila, menuturkan pengalamananya keluar dari bus dengan susah payah setelah bus itu terjatuh, terguling dan kemudian berhenti.
Meski warga sekitar berdatangan, mereka tidak bergerak menolong, malah merekam situasi mencekam yang terjadi dengan gawai mereka. Bahkan, ketika perempuan berusia 44 tahun ini berhasil keluar dari bus dan berniat meminjam gawai salah satu warga untuk menelepon kerabatnya, warga itu enggan meminjaminya.[2]”
Kejadian kecelakaan bus hanya jadi tontonan orang-orang, sedangkan sudah tahu bahwa banyak yang membutuhkan pertolongan. Tetapi tidak ada orang yang mau bergerak untuk melakukan pertolongan. Lebih kejam lagi dari kejadian tersebut adalah orang-orang yang menonton malah merekam kejadian tersebut. Terasa miris dengan kondisi yang terjadi akibat bystander effect dimana orang-orang hanya melihat orang lain mengalami musibah tanpa melakukan tindakan pertolongan.
Bystander Effect merupakan kosakata yang bukan berasal dari Bahasa Indonesia, melainkan masih dalam Bahasa Inggris. Bystander berdasarkan kamus bahasa Inggris artinya pengamat, sedangkan effect adalah akibat.
Arti lengkap kata bystander effect adalah orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian dan mempunyai peran sangat besar dalam mempengaruhi seseorang saat memutuskan antara menolong atau tidak ketika dihadapkan pada keadaan darurat (Sarwono, 2009)[1].
Bystander effect terjadi saat kehadiran orang lain membuat seseorang mengurungkan niat untuk membantu orang lain dalam kondisi yang membutuhkan pertolongan. Dengan kata lain, bystander effect merupakan akibat dari banyaknya orang yang bertindak hanya sebagai pengamat suatu kejadian ketika ada orang lain yang membutuhkan pertolongan.