Saya harus berterimakasih kepada Facebook, Twitter, Plurk, blog, dan lain lain 'kendaraan' yang dapat membuat pesan-pesan kita, kata-kata dan huruf kita terbang...
Lalu, rangkaian kata-kata yang terbang itu, hinggap dan menyapa  teman-teman lama dan baru..
Sahabat  -yang tiba-tiba menjadi sejati, lebih dari yang pernah bertatap muka puluhan kali.
Kita terhubung dalam tali tak terlihat yang membuatnya tidak hanya dekat, melainkan juga saling mendengarkan.  Kata-kata yang dirangkai itu sering disepakati. Tetapi juga tidak jarang membuat perdebatan panjang. Kita sayang terhadap persamaan, tetapi juga hormat terhadap si pembuat perbedaan di belakang kata-kata.
Melalui 'fesbuk', malapetaka 17709Â menjadi tempat ribuan teman dan sahabat bercakap lewat status: Kesal, sedih, marah, gundah, dukungan, haru, hujat -termasuk saya.
Ah, walau sangat sangat limbung, saya merasa setelah menulis di status, kesumat ini sedikit terobat.
Andai fesbuk, twitter, Plurk, blog ; saluran kita berkata-kata itu juga bisa dipergunakan 'mereka' untuk melepas ingin dengan -sekali lagi lewat kata-kata, mestinya; marah, kecewa, dan rasa terpinggirkan itu, tidak harus membuat banyak ciptaan paling sempurna dari Sang Maha Kuasa tercabik panas lebih dari lima ratusan derajat selsius.
Andai saja.
Innalillahi Wainaillahi roji'un.
(Salam hormat untuk para senior Kompasiana. Senang dapat membaca dan bertukar kata-kata kembali dengan anda! Siap mendengarkan!)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H