Mohon tunggu...
Indra Andika Saputra
Indra Andika Saputra Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang warga biasa yang tinggal di kota Jambi, Provinsi Jambi. Lulus dari IAIN Jambi dan sedang berusaha untuk mendapatkan beasiswa S2. Alamat blog pribadi indraandika.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wajah Pendidikan Indonesia

7 Februari 2014   07:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum Wr. Wb dan Salam Sejahtera buat kita semua…!! Salam Pendidikan!! Sejarah pendidikan di negara kita telah melewati berbagai fase (mulai dari masa pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan, berbagai sistem pemerintahan (orde lama, orde baru, reformasi, dan demokrasi), dan lebih jelasnya telah melewati dua zaman berbeda, yaitu zaman dahulu dan zaman sekarang atau lebih dikenal dengan sebutan zaman modern. Geliat pendidikan formal di negara kita telah dimulai ketika Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara mendirikan perguruan taman siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para rakyat jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi, bangsawan, maupun orang-orang belanda. Berbagai rintanganpun tak luput dari rekam perjalanan pendidikan di negara kita saat itu. Namun di tengah-tengah berbagai rintangan tersebut, sejarah membuktikan bahwa Indonesia berhasil melahirkan putra-putri cerdas yang mengharumkan nama bangsa dengan prestasi mereka. Semboyan Tut Wuri Handayani menjadi filosofi dasar dalam sistem pendidikan mereka pada zaman itu. Mereka memahami betul apa arti di balik semboyan tut wuri handayani. Hal itulah yang mendorong semangat mereka untuk terus belajar, berfikir kreatif, dan berbuat sesuatu demi mendorong kemajuan bangsa ini. Kalau kita bandingkan dengan zaman sekarang atau lebih dikenal dengan zaman modern, negara kita tetap melanjutkan tradisinya dengan melahirkan putra-putri yang mengukir prestasi-prestasi membanggakan dan mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Hal ini tentulah menjadi kebanggaan tersendiri bagi rakyat indonesia. Kalau kita lihat secara sekilas, tidak ada yang salah dengan sistem pendidikan di indonesia saat ini. Banyak putra-putri indonesia yang memenangkan olimpiade tingkat internasional, kontes robot tingkat international, dan lomba penelitian internasional. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pendidikan di indonesia berjalan dengan sangat baik. Akan tetapi, kalau kita mau menyoroti sedikit saja lebih dalam bagaimana sistem pendidikan di Indonesia pada saat ini, kita akan menemukan fakta yang jauh berbeda dengan perkiraan kita diatas tadi. Apa yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan indonesia yang harus dinikmati oleh semua kalangan dari penjuru negeri ini rasanya sangat sulit untuk dicapai. Pernahkan anda tahu berapa banyak anak indonesia yang putus sekolah? Pernahkah anda mendengar sekelompok anak yang harus berjalan belasan kilometer tanpa alas kaki untuk sampai ke kelasnya? Pernahkah anda mendengar anak pertiwi yang harus mengayuh sampannya menyebrangi lautan untuk bisa sekolah? Pernahkah anda mendengar anak pribumi yang harus belajar di bawah tetesan air ketika hujan turun karena atap sekolahnya yang bocor? dan kematian yang kapan saja bisa hadir kepada mereka karena atap dan dinding bangunan sekolah mereka yang reot. Pernahkan anda mendengar hal itu semua? Ini adalah alunan sumbang dari sebuah lagu yang di bangga-banggakan. Buka mata kita, mutu pendidikan di negeri ini belumlah merata. Pemerintah dengan seenaknya menetapkan standar kelulusan untuk para siswa, tetapi mereka tidak perduli dengan pemerataan kualitas pendidikan disegala penjuru negeri ini. Maka tidak heran jika ada siswa yang stress, mengurung diri di kamar, merasa dikucilkan, hingga memakai narkoba  ketika mereka tidak lulus ujian. Dan penyebab ini semua bukan semata-mata karena faktor mereka yang malas belajar, tetapi juga karena tidak adanya pemerataan kualitas pendidikan di negeri ini. Bagaimana ini bisa terjadi ditengah-tengah gaungan 20% anggaran untuk pendidikan? Sepertinya hari ini pendidikan berkualitas di negeri kita hanya bisa dinikmati oleh golongan bangsawan dan priyayi. Sungguh jauh dari apa yang dicita-citakan oleh bapak pendidikan nasional pertama negara kita, Ki Hadjar Dewantara. Sebagai orang terpilih, apa yang bisa kita lakukan untuk meratakan kualitas pendidikan di negara kita? Banyak yang bisa kita lakukan dan kita bisa melakukannya mulai dari sekarang dengan apapun yang kita miliki. Kita bisa memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak jalanan, kita bisa membuat kegiatan ekstrakurikuler gratis kepada anak-anak yang tidak mampu, dan kita bisa membuat les tambahan gratis untuk mereka. Pemerintah mempunyai peran untuk meningkatkan mutu pendidikan negara kita, tetapi saya pikir tanggung jawabnya tetap ada pada kita semua. Jadi mari kita bersama-sama membangun negara tercinta kita dan meningkatkan nilai jual kita di mata dunia. Marilah bersama-sama kita saling memberikan dorongan untuk menjaga semangat kita karena itulah sesungguhnya makna dari semboyan tut wuri handayani, yaitu figur seseorang yang baik adalah disamping menjadi suri tauladan atau penutan, ia juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang-orang disekitarnya dapat merasakan situasi yang baik dan bersahabat, sehingga kita bisa menjadi manusia yang baik dan bermanfaat di masyarakat. Jambi, 07 Februari 2014 (07.23 WIB)                            Wassalamualaikum Wr. Wb Tulisan ini dapat pula dibaca di http://www.smartindonesiamovement.blogspot.com edisi 17 Januari 2012 dengan beberapa perubahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun