Mohon tunggu...
Indra Agusta
Indra Agusta Mohon Tunggu... Wiraswasta - hologram-Nya Tuhan

Cantrik di Sekolah Warga, Suluk Surakartan dan Sraddha Sala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

66 Tahun untuk Mbah Nun

27 Mei 2019   21:10 Diperbarui: 27 Mei 2019   21:24 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Nun (dok : Herri Bayu)

Jakarta 2012, ditengah hati yang berkecamuk oleh berbagai hutang, jerat masalah yang berlipat-lipat, memutuskan untuk merantau demi terpenuhinya hajat hidup keluarga sekaligus akhirnya ditabrak pula oleh desakan untuk kembali lagi ke kampung. Semua dijalani dengan begitu pelik, konflik hingga memuncakkan nalar jalma pada ruwetnya memandang nasib serta banyaknya ironi serta kehilangan asa.

KRL dan Transjakarta adalah saksi keluh kesah, serta bingung jalma ditengah sangat sunyinya Jakarta karena penatnya,

Seperti tak punya beban hidup atau malah memakai resep klasik jika mendapat guncangan masalah besar ciptakan masalah lagi yang lebih kompleks didalam batinmu supaya hidup lebih tegar. Waktu senggang sehabis mburuh dihabiskan kemana saja, semau-maunya naik turun KRL, naik turun tranjakarta sampai berhenti disebuah toko buku didaerah Matraman. Tertariklah jalma pada buku hitam dengan tulisan dicetak timbul namun transparan. buku berjudul "Indonesia Bagian dari Desa Saya."

Disitulah persinggungan secara tidak langsung dengan sosok ini, buku yang dibeli ludes terbaca dalam semalam, seperti menerima oase segar sekaligus meneguhkan keputusan-keputusan untuk memilih pulang ke desa, tak mempedulikan apapun karena semakin yakin bahwa inti hidup adalah memenangkan proses itu sendiri, bukan semata-mata pencapaian yang hanyalah menjadi akibat dari sebuah proses.

Apakah hidup tambah mudah setelah kenal "buku hitam" itu? tentu tidak, sama sekali tidak  yang semakin menarik adalah latihan membuka paradigma itu, bagaimana memandang sesuatu lebih luas dan tidak gampang penat menghadapi keadaan.

Apakah beliau menjadi candu? tentu bukan itu presisi penilainnya, karena semua data dan informasi tentang beliau harus jalma olah dulu dari berbagai kadar pertimbangan dalam kematangan berfikir jalma waktu itu. Memang enak sekali membaca garis pemikiran-pemikiran beliau yang meloncat-loncat sekaligus jernih dalam menyikapi keadaan. Dari sini jika mau menjadikan beliau sebagai candu tentu akan sangat bisa, tapi jalma memilih untuk mempelajari laku-laku serta kuda-kuda pemikiran beliau bagaimana bisa jalma aplikasikan sendiri sebagai laku dan paradigma hidup pribadi.

5-6 buku sudah jalma lahap dikost kumuh di daerah pademangan, Jakarta utara sembari menyelesaikan berbagai pekerjaan. Dari situ akhirnya saya putuskan suatu saat harus bertatap muka langsung dengan beliau. Entah kapan. lalu takdir mempertemukan saya dengan beliau di forum beliau di Kenduri Cinta sebagai ruang bersama dalam mengulas berbagai tema apa yang tengah-tengah menjadi kegelisahan kami-kami ini, juga konstelasi Jakarta yang selalu dinamis.


Akhirnya kembali ke desa, dan kemudian bersentuhan dengan beliau dalam berbagai forum. Tentu ada banyak kebahagiaan, keluasan, kepengayoman, keberkahan-keberhakan sisi lainnya sebagai manusia ruang tentu akan banyak yang mengkritik beliau, bagi saya itu hal yang biasa, memandang beliau sebagai manusia dan memandang pengkritik sebagai manusia yang tidak mengenal manusia lain adalah persoalan kurangnya "srawung" saja. Dan lebih banyak yang mendapat manfaat dari apa yang beliau lakukan selama ini, setiap malam di lebih dari 4000 titik se Indonesia, entah berapa ribu forum, diskusi dan pertemuan serta aplikasi-aplikasi untuk menemami mereka yang sedang kesusahan.

Cinta itu menjalar demikian cepat, triggernya mungkin 2014 ketika maiyah selalu dipenuhi ribuan manusia dengan berbagai tujuannya, ada yang ingin melampiaskan kangennya, ada yang ingin ngalap berkah, ada pula yang mencari bahan-bahan tentang keadaan nasional, atau lebih banyak lagi soal kunci-kunci ilmu yang akan terus diteliti oleh beberapa anak-anak muda dalam lintas disiplin akademik.

Seperti Yesus ketika duduk diatas bukit, tentu ada Petrus si Nelayan, Matius si Petugas Bea Cukai, Lukas si dokter itu semua penulis kata-kata Isa Almasih dari sudut pandangnya masing masing, bagi jalma bukankah demikian memang karakter manusia ruang. Yang disarikan adalah ilmu-ilmu tinggal kita mencoba menelaahnya dari berbagai metode, apakah lewat spiritualitas, rasionalitas, romantisme masa lalu atau malah justru hal yang mendasari itu semua. Cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun