Mohon tunggu...
Indra Gunawan
Indra Gunawan Mohon Tunggu... -

mencari ilmu, beribadah, dan bermanfaat !!!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hedonism, Budaya Baru Manusia Modern?

18 November 2014   06:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:33 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kebutuhan manusia modern saat ini lebih menitik beratkan pada kebutuhan untuk bersenang-senang. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya tempat hiburan yang bermunculan seperti wahana rekreasi keluarga, tempat karoeke, dan lain sebagainya. Jika kita meruntut kebelakang kenapa fenomena ini bisa terjadi pada manusia modern. Mungkin hal ini disebabkan karena pola hidup yang tidak teratur. Manusia modern menghabiskan sebagaian waktunya ditempat kerja. Mereka menghabiskan hari-harinya dengan pekerjaan. Selama sepekan hanya ada satu hari waktu libur. Pada waktu inilah biyasanya mereka menghabiskan waktunya untuk berkumpul dengan keluarga atau berekreasi untuk merefresh pikiran.

Pada saat liburan seperti itulah mereka akan berusaha untuk menyenangkan dirinya sebagai balasan akibat dia telah melakukan pekerjaan selama sepekan. Tanpa disadari biyasanya mereka akan menghabiskan uangnya hanya untuk makan di restaurant mewah, nongkrong di kafe, atau sekedar belanja di mall. Intinya semua yang ia lakukan hanya semata-mata untuk mencari kesenangan. Budaya yang timbul dari sikap hidup yang seperti itu adalah cerminan budaya hedonism atau pola hidup hedonism, meskipun tidak sepenuhnya bisa dikatakan budaya hedonism, karena hedonism itu sendiri secara luas mempunyai banyak indicator.

Hedonism adalah suatu aliran gaya hidup yang orientasi utamanya adalah untuk mencari kesenangan. Orang-orang dengan gaya hidup hedonism biyasnya mereka suka menghambur-hamburkan uangnya dalam rangka memenuhi kebutuhan rasa senang. Yang penting senang itulah semboyannya. Orang-orang dengan gaya hidup seperti ini biyasanya juga sangat memperhatikan gengsi. Mereka akan malu jika baju mereka kalah merek dengan merek temanya.

Jika kita bertanya apakah lingkungan juga berpengaruh?. Yaps otomatis lingkungan juga sangat berpengaruh untuk menularkan gaya hidup ini. Seseorang yang tinggal dilingkungan orang-orang yang bergaya hidup seperti ini akan semakin besar kemungkinannya untuk terpengaruh.

Untuk melihat apakah seseorang memiliki gaya hidup hedonism sangat banyak indikatornya, kita tidak bisa mengatakan seseorang yang membeli makanan di restaurant-restaurant mewah sebagai orang-orang yang hedon kita juga tidak boleh menjudge orang-orang yang suka nongkrong di kafe atau jalan-jalan di mall sebagai orang yang hedon. Karena mungkin mereka melakukan itu sebagai tuntutan pekerjaan, misalnya seperti mengadakan rapat dikafe atau pertemuan-pertemuan.

Selain tercerminnya gaya hidup hedonism, fenomena lain akibat problematika manusia modern adalah terbentuknya individualitas. Maksudnya budaya kekeluargaan dan tenggang rasa yang menjadi identitas bangsa ini perlahan hilang akibat semakin munculnya manusia-manusia modern yang kehilangan nilai-nilai kepribadian bangsa. Misalnya kita bisa melihat sekarang deperumahan-perumahan mewah di kota, seberapa kenal mereka kenal dengan tetangga sebelahnya?. Mungkin bagi mereka kenal dengan tetangga bukanlah hal yang penting, karena mereka merasa bisa melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan tetangga.

Alasan waktu juga menjadi hal yang logis bagi mereka karna mereka menghabiskan harinya di tempat kerja. Sehingga ia tak punya waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga. Tak masalah juga tak bersosialisasi dengan tetangga, karna mungkin baginya ia akan tetap bisa hidup nyaman hanya di lingkungan kerja. Lantas apa yang terjadi jika mereka beralasan seperti itu?. Rumah-rumah mereka sepi dan lingkungan mereka hanya ditinggali oleh bangunan-bangunan megah seolah tanpa penghuni.

Dari fenomena diatas, mungkin ini mejadi menarik karena secara taksengaja dan tanpa disadari mereka manusia modern lama kelamaan membentuk budaya baru yang bersebrangan dengan nilai-nilai bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun