Mohon tunggu...
Indra Gunawan
Indra Gunawan Mohon Tunggu...

mencari ilmu, beribadah, dan bermanfaat !!!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Anak Muda, Bangga?

2 Desember 2014   13:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:16 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak muda tak boleh putus asa, anak muda harus berkarya anak muda harus berpengetahuan seluas-lusanya. Tapi anak muda juga haru tahu norma dan tahu etika.

Kata-kata diatas adalah moto saya dalam masa hidup saya sebelum usia 30 tahun. Usia muda adalah usia paling menyenangkan menurut sebagaian orang, ada juga yang mengatakan usia muda adalah kunci dari kesuksesan kita dimasa depan. Apapun kata orang bagi saya usia muda adalah usia dimana kita harus berkarya dan memaksimalkan pencarian bekal dan ilmu untuk masa depan.

Secara perkembangan mungkin yang disebut usia muda adalah masa dewasa, yaitu masa setelah remaja dan sebelum masa lansia. Masa dewasa dibagi menjadi dewasa awal ,dewasa tengah, dan dewasa akhir. ketiga masa itu otomatis saling berkaitan satu sama lain. Hal yang menarik bagi saya pada masa ini yaitu karena masa ini memiliki tugas untuk membentuk keluarga dan mengembangkan karir.

Jika kita melihat fenomena saat ini pada anak-anak mudanya, saya yang merupakan bagian dari mereka kadang turut prihatin dengan keadaan mereka saat ini. Kadang saya ragu apakah keprihatinan saya selama ini sebagai hal yang wajar atau sebaliknya. Keraguan saya muncul karena ternyata sebagian besar dari saya melakukan hal-hal yang membuat saya prihatin. Oleh karena itu saya ingin sekali mencrooscek kembali keprihatinan saya.

Saya prihatin dengan sebagian teman-teman saya yang mendapat kesempatan seperti saya untuk mencicipi ilmu diperguruan tinggi. Saya prihatin ketika melihat mereka berteriak bahwa mereka adalah generasi bangsa pewaris budaya penerus mulia. Mereka seakan tidak sadar akan teriakan mereka, apa yang sudah mereka lakukan itulah yang membuat saya prihatin, dengan asiknya mereka berpesta minuman terlarang, dengan megah nya hiburan-hiburan malam tumbuh disekeliling kampus, entahlah apapun yang mereka lakukan bagi saya jika dua orang berlainan jenis tanpa ikatan mahromnya kemudian menghabiskan malamnya ditempat-tempat hiburan adalah hal yang kurang etis.

Mereka dengan bangganya ketika bisa makan ditempat mewah setiap hari, mereka dengan bangganya ketika melakukan pesta sampai pagi, mereka dengan bangganya jika semua asesorisnya merupakan merek ternama dan paling updet, bahkan yang paling memprihatinkan mereka dengan bangganya ketika bisa berpesta sebotol minuman terlarang dengan harga termahal. Memang anak muda tak boleh ketinggalan jaman, anak muda harus berpengalaman, tapi anak muda juga harus selalu ingat bahwa merekalah penerus tahta budaya yang agung.

Mungkin di negara tetangga hal itu sudah merupakan bagian dari gaya hidup, tapi bagi saya hal itu adalah model strategi penjajahan baru. Mereka sebagian teman-teman saya yangmerasa melakukan itu, mungkin tak sadar bahwa apa yang ia lakukan adalah suatu usaha membasmi budaya dan nilai-nilai luhur bangsa kita dan kemudian mengganti dengan bangunan-bangunan nilai dan faham bangsa lain yang sangat bertolak belakang dengan bangsa kita.

Minuman beralkohol dengan mudahnya berkembang secara pesat, memang minuman ini tak salah namun merekalah para konsumen yang mengkonsumsinya secara berlebihan yang perlu mendapat peringatan. Bahkan minuman ini tak lagi hanya dikonsumsi oleh kalangan dewasa saja, anak remaja pun sudah menjadi bagian dari konsumen minuman ini.

Lain cerita dengan nasib obat-obatan terlarang. Meskipun ia tak seperti temenya si minuman beralkohol namun perkembanganya tak tak jauh beda dengan minuman beralkohol. Obat-obatan terlarang biyasanya dikonsumsi oleh mereka-mereka yang berdutit, mereka-mereka yang berada di lapisan atas. Tak mau ketinggalan remaja pun mengakalinya. Karena ia tak mampu membeli obat-obatan yang mahal, maka ia pun membeli obat-obat depresan dengan jumlah banyak. Ya mereka dengan sadar mengkonsumsi obat-obatan itu dengan dosis yang besar.

Apakah kita tahu motif mereka melakukan ini?. Mungkin mereka ingin mencari kesenangan, mereka ingin mencari ketenangan atau hanya sekedar sensasi belaka. Apapun motif mereka, saya hanya ingin mengatakan pada teman-teman saya bahwa seperti apapun kenikmatan yang mereka dapat dari minuman dan obat terlarang, dampaknya lebih berbahaya dan tak sebanding dengan kenikmatanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun