Aku Tak Kesurupan, Jangan Bawa Aku ke Dukun
Baru saja saya menginjak semester 3 tahun lalu, teman saya rupanya mempunyai harapan yang besar pada saya karna ia menganggap saya memiiiki kemampuan yang luar biasa menurut dia, dari mulai membaca pikiran sampai mengobati orang gila. Saya tekankan pada para pembaca kita psikologi dan kita bukan dukun kita tak bisa membaca pikiran, tapi kita belajar memahami tingkah laku manusia yang merupakan cerminan dari pikirannya. Teman saya Dewi namanya dia teman SMP dan SMA saya yang tinggal disebelah desa saya. Ketika itu Dewi menelpon saya dia menceritakan sebuah cerita tentang tetangganya.
Sebut saja Mawar seorang gadis yang Dewi ceritakan, berusia 16 tahun yang masih duduk dikelas 3 SMP, dia dikenal sebagai gadis yang baik dan pintar. Saat itu akan menjelang ujian nasional dan tak heran sekolah-sekolah disana mempersiapkan ujian dengan menggembleng siswanya melalui tambahan jam. Begitupun dengan Mawar, saat itu ia mengikuti tambahan jam sekolahnya sampai pukul 17.30 dari rumahnya ke sekolah dia harus melewati makam desa yang lumayan luas. Saat itu hari kamis dan Mawar terlalu sore pulangnya hingga ia sampai rumah setelah maghrib, spontan setelah ia sampai rumah orang tuanya menanyakan kenapa ia pulang terlalu sore, tetapi hal yang terjadi sangat mengejutkan karena Mawar hanya diam saja, dan malah seperti orang bingung. Semakin hari tingkah laku Mawar semakin menjadi-jadi, ia bertingkah semakin aneh, ia suka mengurung diri ia terlihat seperti orang kebingungan, dan kadang berteriak-teriak. Orang tuanya dan tetangganya langsung saja mengira bahwa Mawar kesurupan, berbagai orang pintar atau dukun sudah dikunjungi namun hasilnya nihil. Perilakunya yang aneh tetap saja menjadi-jadi. Dewi teman saya akhirnya bercerita pada saya tentang kejadian itu, kemudaian saya menanyakan padanya apakah ia sudah dibawa ke psikiater, dari jawaban Dewi, ternyata Mawar belum pernah dibawa psikiater. Kemudian saya sarankan pada Dewi untuk menyuruh orang tua Mawar membawa Mawar ke Psikiater. Singkat cerita akhrinya Mawar dibawa Psikiater dan dari informasi terakhir yang saya peroleh Mawar dirawat disana untuk beberapa minggu. Karena saya loss contack dengan Dewi, saya tidak tahu keadaanya saat ini, saya hanya bisa berharap dia kembali normal, karena saya yakin Mawar tidak kesurupan, mungkin dia strees pra Ujian Nasional.
Dari sepenggal cerita diatas sebenernya saya ingin mengajak pembaca untuk lebih memahami fenomena-fenomena seperti yang dialami oleh Mawar. Memang jika masyarakat kita masih sangat mengait-ngaitkan kejadian aneh seperti tingkah laku abnormal dengan hal-hal yang bersifat takhayul menurut saya itu hal yang wajar. Karena kita bisa melihat sejarah masyarakat kita yang diwali perdaban Hindu Budha masih sangat besar pengaruhnya hingga saat ini. Tak lain hal nya dengan sejarah psikologi abnormal di belahan dunia yang lain. Gangguan-gangguan mental dianggap merupakan gangguan yang disebabkan oleh kerasukan roh halus dan penyembuhannya menggunakan cara-cara yang ekstrim dan tidak manusiawi. Penyembuhannya diantarnya dengan cara melubangi tengkorak, memaksa orang yang dianggap kerasukan untuk memakan ramuan-ramuan yang tidak enak, mencelubkan ke air. Pada awal abad ke 3 merupakan jaman-jaman kegelapan di Eropa, gereja memiliki otoritas penuh terhadap masyarakat. Gangguan-gangguan mental yang dianggap kesurupan ditangani oleh biarawan dengan membuatkan ramuan fantastic yang diminum saat hilangnya bulan dan menyentuh mereka dengan jimat. Sekitar abad ke 13 di Eropa penanganan terhadap gangguan-gangguan mental semakin ekstrem. Pihak Gereja mengeluarkan Malleus Maleficarum (Palu para Tukang Sihir) sebagai panduan dalam perburuan para tukang sihir. Orang yang dituduh sebagai penyihir disiksa sampai mengaku jika ia terbukti dan menyesalinya maka ia akan dieksekusi sampai mati dan apabila ia terbukti dan tidak menyesalinya maka ia akan dihukum seumur hidup.
Dari seklumit sejarah gangguan-gangguan psikologis di Eropa ternyata tak jauh beda dengan Negara kita. Banyak dari kita yang masih menganggap fenomena-fenomena itu disebakan oleh mahkluk halus. Memang mungkin ada beberapa kasus yang masih berkaitan dengan hal-hal gaib, tapi kita tidak bisa menjenalisir bahwa setiap orang yang dianggap gilaselalu berkaitan dengan mahklukhalus. Jadi jangan selalu yang gila dibawa ke dukun karena aku tak kesurupan dan aku tak membutuhkan dukun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H