Mohon tunggu...
Indra Gunawan
Indra Gunawan Mohon Tunggu... -

mencari ilmu, beribadah, dan bermanfaat !!!!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Kita Tak Sama?

11 November 2014   13:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:06 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Semua orang di dunia tak ada yang sama persis, sekalipun ia terlahir kembar identic. Fakta seperti ini sebenarnya menjadi salah satu tanda kebesaran akan ciptaan Tuhan. Manusia dengan segala kemampuan dan kecerdasannya membuat mereka selalu ingin mengetahui berbagai fenomena-fenoma baru yang muncul. Dengan berbagai tekhnologi yang berkembang saat ini manusia dengan mudah mengeksplor semua yang ada di alam. Namun kadang dari semua ini manusia malah lupa tentang apa yang ada pada dirinya. Maksudnya manusia kadang kurang memperhatikan tentang usur psikisnya.

Manusia yang merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna ini memiliiki banyak sekali unsur-unsur psikis. Apa sih unsur psikis itu?, unsur psikis adalah unsur yang tidak dapat dipahami secara visual, dari mulai emosi, pikiran, pandangan, karakter, kepribadian, dll. Mungkin sudah banyak juga penelitian tentang unsur-unsur psikis manusia. Namun kenyataannya kebanyakan dari manusia kurang memahami unsur-unsur psikisnya. Misalnya saja orang yang dengan mudah berganti suasana hatinya, kurang mendapat pemahaman yang serius dari pada orang yang sakit kepala. Orang dengan perubahan mood secara drastis dianggap adalah hal yang biyasa, namun sebenarnya perubuhan mood secara drastic juga menjadi gejala dari sebuah gangguan. Jadi yang ingin saya katakan bahwa tidak hanya unsur fisikly saja yang bisa menyebabkan gangguan pada manusia, namun unur psikis yang tak terlihat pun perlu mendapat perhatian yang serius.

Kadang sebagian dari kita sudah mampu untuk sedikit memahami salah satu bagian dari unsur psikisnya. Hal ini berhubungan dengan masa perkembangan manusia tersebut. Katakanlah ketika manusia masih pada masa kanak-kanak mereka sudah memiliki unsur psikis ini, tetapi ada banyak hal yang berbeda dari unsur psikis pada manusia dewasa. Misalnya pada masa kanak-kanak mereka sudah memiliki daya pikir dan gagasan-gagasan, yang otomatis jauh dibawah sempurna dari pada manusia dewasa normal. Kemudian pada masa kanak-kanak manusia juga sudah memiliki emosi yang jauh lebih labil dari pada manusia dewasa normal.

Manusia yang sudah memahami unsur-unsur psikisnya mereka cenderung lebih bisa memahami dan menghargai setiap perbedaan dalam kehidupannya. Mereka lebih bijak dalam setiap sikap yang diambil ketika berhadapan dengan sebuah perbedaan dan konflik. Ia akan lebih bisa menerima ketika keputusan atasanya tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ia akan lebih bijak ketika diperintah untuk mengambil keputusan dan tentunya ia akan lebih menghormati orang lain karena ia tahu orang lain beda dengan dirinya.

Perbedaan unsur psikis ini memang sering berakhir menjadi sebuah konflik, karena meskipun manusia sama-sama pada masa dewasa mereka memiliki kualitas yang berbeda dari setiap unsur psikisnya. Sama-sama manusia normal pada vase dewasa memiliki emosi yang stabil. Emosi stabil ini tentunya tak sama persis, katakanlah seorang dewasa bernama agus memiliki emosi dengan tingkat kestabilan 6 dan rani dengan tingkat kestabilan 3 padahal mereka sama-sama manusia dewasa normal. Dari perbedaan tingkat kestabilan ini kadang terjadi konflik karena si Agus menuntut Rani harus sama dengan nya, alasanya karena ia sama-sama dewanya jadi Rani harus seperti Agus, begitu juga sebaliknya. Jika kita tetap berusaha untuk menyamakan perbedaan ini maka yang terjadi adalah konflik. Karena perbedaan sulit untuk disamakan bahkan tak mungkin. Terus bagaimana langkah yang tepat?. perbedaan tak harus disamakan, perbedaan harus ditanganii secara tepat dan bijak. Rani yang memiliki tingkat kestabilan emosi 3, maka ketika berinteraksi dengan agus, agus harus lebih berhati-hati untuk menjaga perasaanya. Ia tetap menjadi dirinya yang memiliki kestabilan emosi diangka 6, namun ia harus memperlakukan Rani layaknya ia memperlakukan dirinya pada tingkat kestabilan emosi ditingkat 3. Jadi ia harus lebih berhati-hati dalam menjaga perasaanya. Hal ini brlku sama dengan unsur psikiis yang lain seperti daya piikir, karakter, gagsan, ide-ide dll.

Kita akan tahu orang lain memiliki tingkat mood, pikiran, gagasan, ide-ide, dan karakter yang berbeda jika kita mau membuka mata dan membuka hati bahwa tak ada orang yang sama persis, sekalipun dia dilahirkan identic. Jadi hormatilah perbedaan dan buang jauh-jauh ego anda dalam menyikapi perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun