Mohon tunggu...
Indra Suhu
Indra Suhu Mohon Tunggu... Putra Pamanukan -

Menuang Keresahan Dalam Sebuah Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Serakah, Dari Pepatah Arab

2 Februari 2018   23:50 Diperbarui: 3 Februari 2018   09:49 1904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semut merah [dokpri]

Suatu hari seekor semut merah menemukan setetes madu. Bagi seekor semut, madu itu berukuran lebih besar dari tubuhnya.

Aroma madu yang menggoda, mengundang semut untuk mencicipinya, tak lama kemudian diapun mereguk madu tersebut dari bagian tepiannya. 

"Hmm... Manis sekali rasanya madu ini !" semut bergumam dalam hati, sambil tersenyum lebar, wajahnya nampak sumringah. "Lagi ah..." serunya dalam hati. Dari tepian madu, mulutnya terus menghisap manisnya madu itu. 

Madu itu memang manis sekali, merupakan madu murni yang jatuh langsung dari sarang lebah di atas pohon yang tumbuh tak jauh dari tempat madu ditemukan.

Setelah beberapa hisapan, sang semut lantas pergi meninggalkan madu. Sepanjang jalan dia tak berhenti memikirkan madu. Rasa manisnya menggoda untuk menikmatinya lagi. Lantas diapun kembali, dihisaplah madu itu, niatnya hanya menghisap sedikit saja lalu pergi. Namun kemudian dia merasa kurang puas, hatinya telah terpikat oleh manisnya madu, dalam hatinya dia berucap : "mengapa tidak sekalian saja masuk ke tengah-tengah madu, agar bisa menikmati madu sesuka hatiku".

Kemudian semut merah itu merayap menuju bagian tengah madu. Selain ingin menghisap madu sepuasnya, hewan kecil itu juga berniat menguasai madu, jangan sampai ada semut-semut lain yang datang merebutnya.

Manakala sampai tepat di tengah nanti, dia berniat langsung menikmati manisnya madu. Dan ketika berhasil mencapai tengah, sepenghisapan madu kemudian, dia mendapati tubuh mungilnya telah diliputi madu, namun kaki-kakinya sulit digerakkan, semakin dia bergerak semakin tenggelam dalam lengketnya madu.

Semut merah itu berupaya sekuat tenaga untuk bisa terbebas dari lengketnya madu. Namun upayanya sia-sia belaka, seluruh bagian tubuhnya kini telah menyatu dengan madu, akibatnya dia tak bisa bergerak sama sekali, hewan kecil itupun perlahan-lahan kehabisan nafas, beberapa saat kemudian akhirnya sang semut mati dalam kubangan madu yang manis. Malang benar nasibnya, alih-alih menikmati manisnya madu, justru dia malah mati tenggelam.

Begitulah perumpamaan manusia yang serakah dan mencintai duniawi secara berlebihan. Bukan menikmati duniawi, namun dia malah celaka. Untuk itu, janganlah kita memiliki sifat serakah serta mencintai duniawi secara berlebihan. Sebagaimana pepatah Arab :

"Kenikmatan dunia tidak berarti apa-apa, melainkan ibarat setetes madu besar. Barang siapa yang mencicipinya sedikit saja, maka dia akan selamat. Namun barang siapa menceburkan diri ke dalamnya, maka dia akan binasa !"

Pamanukan, 2 Februari 2018

Indra Bayu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun