Aku mengangguk, mengambil handuk dan bersiap-siap. Sebelum meninggalkan kamar, aku melirik sekali lagi ke arah jendela. Sinar matahari mulai menembus celah-celah dedaunan, menciptakan pemandangan yang memukau.
Di perjalanan menuju Konoha (warteg anak asrama), kami berpapasan dengan banyak mahasiswa lain. Ada yang terburu-buru, ada yang santai mengobrol. Semua punya cerita dan mimpi masing-masing, sama sepertiku.
Saat menikmati sarapan sederhana dengan ayam goreng yang masih hangat, aku merenungkan perjalananku sejauh ini. Dari pemuda desa yang hanya bisa bermimpi, kini aku di sini, berjuang meraih cita-cita.
Hari-hari di asrama dan kampus IPB mungkin tidak selalu mudah. Ada kalanya aku merindukan rumah, merasa lelah dengan tugas-tugas kuliah, atau gugup menghadapi ujian. Namun, setiap kali aku memandang keluar jendela kamarku, melihat keindahan hutan yang terbentang, aku selalu menemukan kekuatan baru.
Hutan di luar jendela itu bukan sekadar pemandangan indah. Bagiku, ia adalah pengingat akan mimpi-mimpiku, akan tanggung jawab yang kelak akan kupikul sebagai sarjana kehutanan. Setiap pohon seolah berbisik, mengingatkanku untuk terus berjuang, untuk tidak menyerah.
Malam harinya, setelah seharian penuh aktivitas kuliah, aku kembali ke kamar asrama. Kelelahan, tapi ada rasa puas di hatiku. Aku membuka jendela, membiarkan angin malam yang sejuk masuk ke kamar.
Bulan bersinar terang di atas kanopi hutan. Cahayanya menerangi kamar kami yang remang-remang. Aku mengambil buku harianku dan mulai menulis:
"Hari ini, seperti hari-hari sebelumnya, aku belajar banyak. Bukan hanya dari buku dan dosen, tapi juga dari hutan di luar jendelaku. Ia mengajariku tentang ketangguhan, tentang bagaimana tetap berdiri tegak meski badai datang. Mungkin inilah maksud Tuhan menempatkanku di sini, di kamar asrama dengan pemandangan hutan yang indah ini. Untuk mengingatkanku bahwa mimpi-mimpiku, seperti pohon-pohon di luar sana, bisa tumbuh tinggi jika aku terus menyiraminya dengan kerja keras dan doa."
Aku menutup buku harianku, memandang sekali lagi ke arah hutan sebelum menutup jendela. Besok akan jadi hari yang baru, dengan tantangan barunya. Tapi aku siap menghadapinya, karena aku tahu, di balik jendela kamar asramaku, ada hutan yang selalu mengingatkanku pada kekuatan dan ketangguhan.
Malam semakin larut, dan aku pun terlelap, diiringi suara desir angin dan gemerisik dedaunan dari hutan yang menenangkan, mengantarkanku ke alam mimpi di mana aku bisa terbang tinggi, meraih bintang-bintang, seperti pohon-pohon tinggi di luar jendelaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H