Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Tak Ada Cinta di Pasar Maling

18 Februari 2022   10:03 Diperbarui: 21 Februari 2022   22:00 1611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sosok perempuan dan bunga. (Gambar: Freeillustrated Via Pixabay)

Bila Hitler sempat melihat perjuangan emak-emak di Indonesia, ia akan menarik ucapannya yang menyatakan, bahwa bangsa Arya adalah ras paling unggul di muka bumi.

"Di dunia ini banyak pekerjaan lain! Eh, kenapa pula kau jadi penadah!" 

"Eh, kenapa pula Bapak jadi polisi?" Tak mau kalah. Mona menjawab ketus. Ia tak rela dituduh sebagai penadah. Meski pun barang-barang di lapaknya, tak jelas asal usulnya. Namun dari mana ia tahu, kalau barang itu punya riwayat hasil curian.

Mona menatap tajam pada lelaki kurus, yang terborgol di sudut ruangan. Ia tak menyangka, orang yang merengek minta dibantu, ternyata serigala berbulu domba.  

Dua buah jam tangan disita, dan satu jaket kulit buaya, di ambil orang yang mengaku pemiliknya. Mona cemberut. Waktu untuk berdagang, harus tersita di kantor polisi. 

Meski malam itu ia lepas dari tuduhan, tetapi tetap saja ia tak senang. Barang dagangan mesti diikhlaskan. Modal melayang tak kembali. Dan yang pasti, reputasinya sudah tercoreng. 

Malam itu Mona masuk ke rumah dengan wajah lesu. Matanya sayu. Ia mencium kening anak lelaki yang tertidur di depan televisi. Dan pelan-pelan membopong ke dalam kamar. 

Pusat semesta Mona adalah Bento, buah hati yang susah payah dibesarkannya. Bapaknya tak perlu dipikirkan lagi, si hidung belang itu telah lama kabur bersama perempuan lain. Dia hilang tanpa jejak. Tanpa selembar surat cerai, atau kata-kata sakti. 

Bahkan Bento adalah nama yang diberikan oleh mendiang pamannya. Mulanya Mona menolak nama itu, ia tak ingin anaknya jadi preman seperti tokoh pada lagu Iwan Fals. Namun menurut paman, nama itu berasal dari bahasa Portugis yang artinya diberkati.   

Bento kecil pernah bertanya, "Mak, kemana perginya bapak?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun