Konon Julius Caesar menjatuhkan asa pada bisikan Sosigenes dari Alexandria. Meraih masa, meletakkan angka-angka pada deret nama dewa. Dan sejak itu, orang-orang berpesta pora. Membuka lembaran baru, menutup cerita.Â
Kubilang, "Kemarin malam Dewa Janus terkapar di balik pintu. Mabuk. Dan tak seorangpun beranjak dari masa lalu. Percayakah kau padaku?"
Di malam itu, sendirian kau menghitung mundur untuk mendengar dentuman. Menunda waktu tidur untuk melihat percikan api. Melangkah di batas masa lalu, dan masa depan. Lantas menipu hati, menaut harap pada rangkaian teka-teki.Â
Menitipkan air mata di pertigaan jalanan basah. Di antara bulir-bulir air yang menempel di kaca jendela. Di balik hujan yang mendera resah gelisah. Hingga kau terlelap, berselimut resolusi berdebu yang kian lusuh.Â
Dan kau bertanya, "Kemana perginya para peniup terompet?"
"Mereka melangkah ke masa depan, tetapi jiwanya terikat di masa silam."Â
Batam, 15 Januari 2022
Indra RahadianÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H