Dia bahkan tak menjawab sapaanku. Kerutan di keningku semakin berlipat. Penasaran bercampur heran. Arjuna sungguh ajaib.Â
"Lae, suruh beli itu buku. Ini lapak bukan perpustakaan," aku bergurau untuk menarik perhatiannya.Â
"Sttt..." Lae Togar pemilik lapak, buru-buru menghentikanku. Telunjuk di depan mulutnya, pertanda memintaku diam.Â
"Dia sedang fokus. Nanti buyar pikirannya," Lae Togar berbisik padaku.Â
Lae Togar kemudian mengajakku ke kedai kopi di depan lapaknya. Ia memesan dua kopi hitam. Setelah berbasa-basi, akhirnya kubertanya soal Arjuna. Karena sepertinya, ia tahu banyak soal lelaki itu.Â
"Kau boleh sebut aku sinting, tetapi Arjuna itu benar-benar orang suci. Dia datang dari masa depan."Â
"Konyol!" ucapku tak percaya.Â
"Kau tahu? sewaktu bengkelku kebakaran. Dia bilang, tak perlu di bangun lagi. Toh, wabah bakal bikin pasar ini sepi!" terangnya.
Lae Togar menenggak kopi sekali habis. Ia kembali berkata, "Tiga tahun lalu, di pos jaga, sewaktu kami menonton piala dunia. Dia pernah bilang, Kroasia bakal tembus final, tetapi juaranya Perancis!"Â
Aku semakin tak percaya, prediksi macam itu mudah ditemui di majalah olahraga. Dan soal wabah atau pandemi. Itu semua hanya kebetulan saja. Lae Togar memang suka bicara berlebihan.
Kulihat Arjuna masih terpaku membaca buku. Hingga Ia menutup bukunya dan berkata, "Buang barang itu, atau nanti kau kena tangkap!"Â