Orang-orang patah hati berjalan ke tepi pantai. Konon di lautan mereka dapat melarung segala kegelisahan. Tatkala senja mengecup permukaan. Mentari terbenam. Layaknya harapan yang harus menunggu pagi.Â
Orang-orang patah hati mendaki ke puncak gunung. Dari ketinggian, mereka menjatuhkan janji-janji. Mengukir keresahan pada prasasti. Meratap. Dan menatap mentari ke mana pergi.Â
Orang-orang patah hati bersembunyi di keramaian. Pada secawan anggur dan gelak tawa di malam buta. Mabuk cinta. Namun tersiksa. Menjilati segala kepedihan sampai tak bersisa.Â
"Di manakah mimpi-mimpi indah itu bersemayam?"
"Di batas kesadaran? Ratapan atau air mata?"Â
Kukira kau lautan. Ternyata kau langit. Dan aku menjadi biru tatkala kita berpisah. Kerinduanku pun memudar di malam pekat. Dan membuang harapan tentangmu ke dalam tong sampah.Â
Bukankah kau selalu bilang, "Tak pernah ada kata terlambat untuk melangkah?"
Batam, 03 November 2021
Indra Rahadian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H