Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Manusia dalam Berita

25 Mei 2021   11:56 Diperbarui: 25 Mei 2021   12:12 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantunan ode didendangkan lima orang Indonesia, untuk menyambut kelahiran putra pertama pasangan Wulan dan Dito di sudut sempit kota Dubai. Ribuan mil jauhnya dari rumah sakit Bintang Lima di Jakarta, tempat bayi merah itu hadir ke dunia. 

Sukacita dan do'a, berhamburan bersama jutaan like dan komentar dari pelosok negeri. Hingga merambah ke luar negeri. Bayi yang telah lama dinantikan para pengemar Wulan dan Dito, akhirnya lahir ke dunia. 

Satu tahun menunggu, sejak pesta mewah pernikahan pasangan itu mengisi seluruh saluran publik di berbagai media massa. Dan mengalihkan jutaan informasi penting lain, yang terkait hajat hidup orang banyak. 

Keajaiban internet, telah mendekatkan pujaan pada pemujanya. Jika di masa lalu, selebritas berjuang untuk memperoleh privasi dalam kehidupan mereka. Kini, mereka memberikan akses seluas-luasnya untuk menikmati setiap gerak-gerik, termasuk ranah pribadi. 

Bahkan, penggemar bisa melihat isi dompet berikut jumlah uang dalam ATM dan sesekali mengintip ke dalam kamar tidur sang pujaan. 

"Paparazi membanting kamera ke tanah, dan pulang ke rumah untuk menonton konten media sosial selebritas. Tak ada lagi rahasia, semua terbuka dan terang benderang."

Meila dan Ratmi, dua orang ibu rumahtangga berkelakar di meja cafe di sudut kota Bekasi. Mereka bercengkrama tanpa melepaskan pandangan dari layar sentuh. 

"Kok wajahnya gak mirip Dito. Ih, sebel deh," ucap Meila. 

Di kursi sebelah, Ratmi mencoba memberikan analisa, "Jeng, inget kan. Pas mereka baru-baru nikah, Wulan pernah dicurigai ada affair dengan John. Wajarlah anaknya agak bule."

"Masa sih, Jeng. Padahal aku sudah hitung tanggal pernikahan dengan tanggal lahir bayinya, loh," sahut Meila. 

Puas saling melempar obrolan absurd seputar selebritis, Meila beranjak pamit untuk menjemput anak gadisnya pulang sekolah. 

Sementara Ratmi, masih berkutat pada kanal-kanal gosip di media massa. Jemari bergulir bolak-balik, mencocokkan gosip dan aktivitas nyata Wulan di media sosial. 

Tiba di rumah, Meila otomatis menyalakan televisi. Mengisi referensi gosip terkini dengan menonton infotainment, dari siang hari sampai sore menjelang. Sedangkan anak gadisnya tak tahu kemana. Mungkin sudah bermain keluar di rumah tetangga. 

Sang suami yang baru pulang kerja memberi kode, butuh disambut dan siapkan secangkir kopi atau teh. Namun ternyata zonk, sang istri justru masih fokus berselancar di dunia maya.

"Mah, serius amat. Tv nyala, handphone on terus," ujar Sang Suami. 

"Ih, tanggung. Lagi asyik lihat perkembangan bayinya Dito," ucap Meila.

"Emang siapa namanya, Mah?" Suami Meila merebahkan tubuhnya di atas sofa, berharap sang istri sedikit melirik padanya.

"Belum ada, kabarnya mau dibuat sayembara," jawab Meila. 

"Waduh, ngasih nama anak kok dibikin konten," ujarnya. 

Sang suami melirik ke kamar anak gadisnya yang tengah tertidur pulas. Ia tahu sang anak kelelahan berjoged, karena bermain aplikasi kekinian. Gawai di tangan tak dilepaskan, meskipun baterai telah low. 

Iapun lalu beranjak ke meja makan, dan tak menemukan apapun di sana. Tatapannya sendu, dan bertambah sendu melihat Meila yang masih belum bergerak dari depan layar kaca. 

"Mah, laper nih. Itu Chika udah makan belum ya?" seru Sang Suami. 

"Ya ampun, lupa! Bentar ya, Pah," Meila mematikan televisi dan beranjak ke dapur. Namun, handphone di tangan belum juga lepas. 

Baru saja jemarinya membuka pintu kulkas di dapur, tiba-tiba muncul pesan dari Ratmi. Tak ayal, Meila malah penasaran membaca dan terduduk di meja makan. 

"Jeng, coba lihat berita dari Lambe Parah, ternyata benar dugaan saya. Eh iya, bantu report acara bincang-bincang bintang. Mereka lagi jelek-jelekin Dito dan Wulan tuh!" 

Meila bagaikan tersihir mantra pemikat, bernafsu segera mengikuti arahan yang diberikan Ratmi melalui pesan singkat. Tanpa komando, Ia kembali berselancar di dunia maya. 

Melihat istrinya malah terpaku di layar handphone, akhirnya sang suami memesan makanan melalui aplikasi online. 

Setelah itu, ia mulai iseng membalas satu persatu pesan dari wanita-wanita malam yang baru dikenalnya seminggu terakhir. 

Nun jauh di sana, di istana megah di kawasan perumahan elit di Jakarta. Wulan dan Dito baru saja pulang dari lokasi syuting. Setelah merekam aktivitas pribadi sepanjang jalan. Mereka berdua terbaring lemas di atas ranjang. 

"Mas, apa tak berlebihan membiarkan kehidupan anak kita terus di sorot lensa kamera?" kerutan pada dahi, menandakan Wulan serius dengan pertanyaannya. Ia merasa aneh, kala bayi kecilnya menangis saat merasakan tak ada kamera di sekitar. 

"Kita sudah putuskan ini sejak lama, bahkan ada kontrak kerjasama dengan beberapa media. Finansial anak kita terjamin kelak," jawab Dito, seraya merangkul Wulan.

Malam itu, Dito berusaha memberi pengertian pada Wulan. Bahwa apa yang mereka lakukan, hanyalah tuntutan pekerjaan dan media hiburan untuk penggemar. Dan apa yang telah mereka capai, tidaklah instan. 

"Lihatlah, ranah privasi sudah menjadi konsumsi publik di masa kini. Kehidupan pribadi telah menjadi komoditas," ujar salah seorang narasumber acara bincang-bincang bintang. 

Meila dengan segera menggulirkan keypad ke channel media lain. Dengan wajah masam ia berseru, "Halah, pansos!!"

Hari itu dan hari-hari berikutnya, Meila masih sibuk mencari tahu kebenaran dari analisa yang disampaikan Ratmi. Fokus mengurusi kehidupan orang terkenal, tetapi malah luput mengurusi kehidupannya sendiri. 

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Indra Rahadian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun