Ia hanya tersenyum, dan meninggalkan ruangan. Namun tak lama, ia kembali dan berkata, "Joan, mulai malam ini kau punya aku."
Sejak saat itu, aku merasa hidup. Malam terasa lebih hangat dan menyenangkan. Perasaan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Kini, aku merasa memiliki sebuah kisah cinta.
Inikah fase kehidupan yang manis seperti kata orang? Entahlah, aku hanya ingin menikmati apa yang kurasakan saat ini.
Kami biasa menghabiskan sisa malam di bangku taman. Semacam ritual sebelum tidur, ia akan membuatku lelah bercerita sampai pagi buta.
"Sayang, sebenarnya apa yang kamu kerjakan di sini?" tanyaku.
"Tugasku sederhana, mencari inang dari pemadat dan penjual senjata api ilegal di wilayah ini," jawab Jack.
"Kejadian tempo hari, saat kamu terluka akibat tugas itukah?" kembali aku bertanya.
"Joana, darah itu milik orang lain. Aku tak pernah terluka dalam tugas, itu hanya akting," jawabnya.
Suatu malam, Jack berbisik kepadaku. Ia berkata akan membawaku pergi dari sini. Menjalani kehidupan baru di bawah sinar matahari. Mewarnai hari-hari dengan tawa dan sukacita. Anak-anak, keluarga dan cinta. Aku tak berharap. Namun, aku mulai belajar berdo'a karenanya.
Sudah satu bulan, Jack tak pernah terlihat lagi. Terakhir kali, ia menyeret seorang tamu dan membawanya pergi dengan kasar. Raut wajahnya terlihat marah.
Tamu itu, biasa menjual obat-obatan terlarang dan senjata api ilegal di wilayah ini. Kami memanggilnya "tauke" dan ia hanya datang sesekali ke pub.
Kupikir, Jack dan aku sama-sama tersesat. Bukan hanya tersesat, lebih dari itu sudah jauh terjerumus di relung malam. Dan tak ada jalan keluar. Hingga, kami berdua akan terjebak bersama di sini selamanya.