"Tahun ini walaupun ospek sudah online, tetap saja makan korban".
Kampus sebagai lingkungan pendidikan, mempunyai peran penting dalam pembinaan karakter siswa menjadi seorang mahasiswa, menjaga nilai-nilai yang sudah berakar pada suatu pedoman penting bernama Tri dharma perguruan tinggi.
Dalam upaya pencapaiannya, berbagai program dan kegiatan mahasiswa diciptakan untuk mendukung adaptasi dan pembinaan karakter mahasiswa tersebut.
Salah satu rangkaian dalam proses adaptasi siswa menjadi mahasiswa adalah kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek).
Kegiatan ini pertama kali dipraktekan pada masa penjajahan Belanda disekolah kedokteran Stovia, berlanjut pada masa penjajahan Jepang, dan muncul istilah perpeloncoan karena mahasiswa baru digunduli seperti serdadu Jepang, plonco sendiri artinya anak gundul.
Pada era selanjutnya, kegiatan ospek tersebut bukan dilaksanakan untuk tujuan iseng belaka, namun terdapat nilai-nilai pembinaan karakter dan sarana pengenalan kampus, dan ternyata ada beberapa manfaat ospek yang seharusnya didapatkan mahasiswa, bukan malah trauma dan ketegangan semata, hingga muncul korban perasaan bahkan korban jiwa.
Afektif (pola sikap)
Proses adaptasi mahasiswa dengan lingkungan dan masyarakat kampus, sangat penting pada periode awal pembelajaran, yang memungkinkan mahasiswa dapat nyaman beraktivitas dilingkungan baru.
Sikap yang sesuai dengan karakter bangsa, perlu diperkuat dengan metode-metode kegiatan yang dilaksanakan secara kolektif, hal ini untuk menjamin mahasiswa saling mengenal teman seangkatannya dengan baik, dan menghormati angkatan diatasnya tanpa rasa segan.
Mental yang kuat, semestinya didapat dari proses kegiatan ospek tersebut, karena mahasiswa baru dihadapkan pada kegiatan yang menguras waktu, pikiran dan tenaga diantara berbagai sifat dan karakter masyarakat kampus yang beragam, hal ini pun mendorong sikap saling menghargai dan toleransi.