Mohon tunggu...
Indra Wibisana
Indra Wibisana Mohon Tunggu... Lainnya - Diisi

Saya suka bertanya, kadang sampai debat tapi kadang-kadang aja. Saya suka topik humaniora, selebihnya kadang-kadang aja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memelihara Islamophobia bukan Harga Mati (Hasil Revisi)

6 Desember 2015   18:57 Diperbarui: 6 Desember 2015   19:50 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catatan: Karena tulisan saya yang berjudul "Memelihara Islamophobia adalah Harga Mati" dihapus oleh admin, maka ini adalah edisi revisi yang isinya kurang lebih bertolak belakang dengan tulisan asli saya.

Saya beri sedikit ilustrasi: kalau seseorang menggambar Muhammad kemudian mendapat ancaman pembunuhan, lalu orang tersebut meminta maaf dan menarik gambar tersebut, apakah orang tersebut melakukannya karena timbulnya rasa hormat ataukah rasa takut?

Tentu kita akan menjawab "rasa takut". Setuju?

Seorang non-muslim seharusnya mengikuti aturan agama Islam walaupun aturan tersebut bukanlah hukum setempat yang berlaku secara formal. Seseorang harus menghormati hak orang lain memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan lain, dan hal ini juga berarti bahwa orang tersebut harus menghormati agama dan kepercayaan lain. Menghormati hak disebut "toleransi", menghormati agama dan kepercayaan lain itu tidak disebut "tai kucing". Walaupun tidak tertulis dalam Al Quran, larangan menggambar Muhammad adalah aturan bagi umat Islam, dan berlaku juga bagi non-muslim yang memang kebetulan ingin mencoba menyindir umat Islam.

Tetapi kesimpulan dari ilustrasi saya adalah sebagai berikut:

Ini mungkin terdengar absurd: Islam tidak perlu memelihara islamophobia dengan tetap melakukan ancaman-ancaman kekerasan dan terorisme. Alasannya adalah karena memang non-muslim punya rasa hormat terhadap ajaran agama Islam, sehingga tanpa ancaman kekerasan dan terorisme pastilah agama Islam tidak akan dilecehkan.

Silakan coba lakukan penelusuran gambar dengan kata kunci "Jesus" dan kita bisa lihat betapa banyak dan betapa ekstrim pelecehan yang sudah terjadi. Ini adalah akibat kristenofobia, yang sangat tertanamkan. Silakan telusuri gambar "God" berikutnya. Demikianlah, hal yang sama bisa dikatakan untuk hampir segala deitas lainnya.

Belajar dari pelecehan terhadap Jesus akibat kurang tingginya kristenofobia, maka sepertinya ini adalah buah simalakama: kalau Islam tidak ingin dilecehkan, maka memelihara Islamophobia bukan harga mati. Ancaman terhadap pelecehan tidak harus dilakukan secara publik. Dan ketika setelah diberi ancaman, pelecehan tetap dilakukan atau tidak dilakukan langkah-langkah koreksi, maka ancaman tidak harus direalisasikan. Sekali ancaman kosong terjadi, maka Islam tidak akan dilecehkan lebih jauh lagi.

Melawan pelecehan secara damai tanpa kekerasan bukanlah omong kosong. Tanpa mereka yang selama ini selalu melakukan teror, nasib Muhammad tetap akan jauh dari nasib Jesus. Sebagian umat Islam Indonesia secara naif ikut-ikutan mengutuk aksi teror yang dilakukan atas nama Islam hanya karena dunia Barat mengutuk aksi terorisme, padahal mungkin seharusnya umat Islam di Indonesia malah berterima kasih. Atas jasa merekalah pelecehan terhadap Islam bisa ditekan, dan umat Islam di Indonesia (mungkin) bisa melaksanakan ajaran agama Islam sebagai agama damai tanpa kekerasan (kalau mau).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun