Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Life Without Basketball", Cara Elok Bilqis Memperjuangkan Keyakinannya

5 November 2018   08:52 Diperbarui: 7 November 2018   10:00 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bilqis Abdul Qaadir | @pixelapictura

Jon Mercer selaku co directors film ini berusaha menggali lebih dalam soal keyakinan Bilqis untuk mempertahankan keimanannya sebagai wanita muslim.

Film yang rencananya akan rilis pada 10 November 2018 di Festival Film Amerika Serikat, DOC NYC ini mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan untuk mempertahankan apa yang menurut kita benar, tidakmelulu dengan cara-cara tak elok. 

Bilqis paham betul bahwa perjuangannya untuk mengubah aturan FIBA akan membuatnya harus kehilangan impian untuk jadi pebasket profesional, namun hal itu tak menyurutkannya.

Alih-alih menyerah atau hidup dalam makian karena keimanannya terusik, Bilqis terus berusaha untuk mengkampanyekan penolakan aturan pemakaian hijab di lapangan basket. 

"Saya seorang Muslim dan saya pikir setiap orang harus memiliki hak untuk menggunakna itu (hijab)," kata pebasket Denver Nuggets, Kenneth Faried yang mendukung perjuangan Bilqis.

Perjuangan Bilqis tidak sampai harus demo berjilid-jilid, Bilqis dalam trailler film ini mengkampanyekan penolakan aturan tersebut dengan terus mendatangi banyak komunitas di Amerika Serikat dan menyuarakan kegelisahannya sembari terus bermain basket.

Perjuangannya yang konsisten ini membuat Bilqis sempat diundang ke Gedung Putih dan bertemu dengan Barack Obama. Bilqis diundang berbuka puasa bersama saat itu. Obama menyebut sosok Bilqis tidak hanya menginspirasi para muslimah melainkan inspirasi bagi siapa pun di dunia ini.

Kampanye elok dan sangat edukatif dari Bilqis ini kemudian membuat FIBA meninjau ulang aturan mereka, terutama karena kampanye itu semakin meluas. 

FIBA pada 2017 lalu telah mengubah aturan soal penutup kepala dan sudah mengizinkannya di pertandingan internasional. Melalui kongres Mid-Term, 139 federasi negara-negara anggota FIBA secara mutlak sepakat mengubah aturan larangan tersebut.

Perjuangan Bilqis untuk menjadikan basket sebagai olahraga untuk semua kalangan tak terhalang aturan diksriminatif tercapai. Tak ada lagi yang bisa menghalangi seseorang untuk bermain dan berprestasi di lapangan basket, apapun agama, warna kulit, dan latar belakangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun