"Hingga pagi, mereka mencari Andra. Setelah hampir putus asa, mereka pulang melihat kondisi rumah. Tak lama kemudian, Andra muncul. Anak SD itu rupanya lari ke gunung dan bermalam sendirian di sana hanya mengenakan celana renang. Ada beberapa luka karena ditabrak motor saat lari."
Setelah dipastikan semua keluarga selamat, baru kelima jurnalis itu kembali ke lapangan untuk bekerja seperti biasa. "Kami baru bisa mengirim berita pada hari kedua melalui saluran yang sangat terbatas. Alhamdulillah," kata Abdy.
"Apa yang dilakukan teman-teman para jurnalis tv di Palu, menurut saya, adalah kesadaran yang tinggi sebagai seorang jurnalis dan kepala keluarga. Kegigihan terus meliput dan mencari spot untuk mengirimkan gambar di saat jaringan internet sangat terbatas dan membagi perhatian untuk keselamatan keluarga yang berada di pengungsian, adalah perjuangan yang sangat patut kita hargai," kata Erick Tamalagi, tokoh masyarakat Palu dan salah satu pendiri Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia di siaran pers tersebut.
Sungguh perjuangan yang sangat inspirasi dari kelima jurnalis ini. Apa yang mereka lakukan tersebut seperti menyadarkan saya bahwa menjadi seorang jurnalis bukan sekedar mencari berita terbaik dan tercepat. Ada elemen lain yang juga harus mereka lakukan. Arbain Rambey dalam kolom komentar Facebook-nya menuliskan, "yg mereka lakukan, bukan sekadar liputan"
Ditambahkan oleh fotografer senior Kompas tersebut bahwa penghargaan tersebut untuk memberitahu ke khalayak umum bahwa tindakan ini loh yang benar. "penghargaan adalah upaya memberitahu ke umum: ini loh tindakan yg baik dan benar.... Indonesia msh blm terbiasa dgn hal positif"
Komentar Arbain Rambey itu untuk membantah sebenarnya pernyataan yang menyebut bahwa aksi kelima jurnalis ini merupakan tugas heroik, bukankah meliput ialah tugas utama seorang jurnalis.
Bicara soal heroik dan tugas utama seorang jurnalis, saya menjadi ingat dengan 'kitab suci' sejumlah wartawan yakni 9 elemen jurnalisme yang dikarang oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Membaca perjuangan kelima peliput gempa di Palu ini, 2 dari 9 elemen jurnalisme ala Kovach itu memang bekerja pada tempatnya.
Elemen pertama yakni soal loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga (citizens). Mengabaikan keselamatan dirinya dan berusaha untuk tidak panik karena kondisi keluarga, kelima jurnalis ini mampu memberikan pertolongan kepada banyak warga yang mengalami kondisi kesusahan.
Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari independensi seorang jurnalis. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik.
Jadi, jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan biasa, yang harus mendahulukan kepentingan majikannya. Karena jika mereka mendahulukan kepentingan majikannya, kelima peliput ini tak akan sempat berhenti untuk menolong seorang ibu yang terjebak di reruntuhan bangunan. Jika elemen soal loyalitas itu tak bekerja, kelima jurnalis itu akan terus memacu kendaraan mereka untuk sampai ke Palu dan mengirim berita mereka.
Elemen kedua yakni jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka. Dari kisah yang tersebut di atas jelas bahwa hati nurani kelima peliput ini benar-benar apa yang menjadi teori Bill Kovach dalam bukunya. Kelimanya mengutamakan prinsip keadilan (fairness) saat gempa dan tsunami terjadi. Prinsip keadilan menyelamatkan warga yang lebih dekat dengan mereka, setelah itu baru melaporkan berita ialah fakta nyata bahwa elemen dari Bill Kovach akan bekerja dengan sendiri di hati para jurnalis saat turun ke lapangan.