Dalam aspek pengetahuan saya yang tidak seberapa ini, kata dibakar jika merujuk pada KBBI memiliki arti dipanaskan (dipanggang) di atas api sedangkan untuk dibakar berarti habis dihanguskan api. Dari kedua kata yang sudah diberi imbuhan tersebut memiliki pengertian yang jauh berbeda.
Koreksi jika saya salah, setahu saya ada perbedaan mendasar dari fungsi dan makna imbuhan di- dan ter-. Jika merujuk pada pelajaran dasar bahasa Indonesia mengenai makna dan fungsi prefiks (awalan) disebuah kalimat, di- memiliki fungsi membentuk kata kerja dan menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Afiks di- hanya mempunyai satu fungsi yaitu membentuk kata pasif.
Sedangkan untuk ter- juga memiliki fungsi pembentukan kalimat pasif. Namun perbedaan mendasarnya pada makna, pasif ter- menyatakan ketidaksengajaan sedangkan, pasif di- menyatakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja.
Pemilihan diksi ini tentu sangat berbahaya diucapkan di situasi tahun politik seperti ini. Bukan persoalan apakah saya pro atau tidak kepada Prabowo atau Jokowi, namun kata ialah senjata jika merujuk pada pernyataan Subcomandante Marcos, yang artinya kekuatan kata bisa mengubah apapun di dunia ini.
Setiap individu punya intepretasi masing-masing terhadap suatu perkataan. Tak ada yang benar sebelum melihat sendiri kenyataan dari kata-kata tersebut. Namun sayangnya di era seperti saat ini, terlalu banyak individu yang enggan untuk double check tiap informasi yang beredar.
Apakah kemudian Prabowo Subianto memang sengaja memiliki diksi tersebut atau hanya sekedar salah ucap? Ada baiknya masyarakat lebih cerdas untuk mengoreksi kembali tiap pernyataan dari siapupun di kondisi tahun politik seperti sekarang ini. Tujuannya agar tidak termakan provokasi dan hoax.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H