Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bertenung Gunakan Media Kopi Hitam, Kearifan Lokal di Bengkulu

10 September 2018   13:50 Diperbarui: 10 September 2018   13:56 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertenung | stonebridge.uk.com

Indonesia memiliki kearifan dan budaya lokal yang sangat banyak. Salah satu kearifan lokal yang mungkin tidak semua orang mengetahui ialah budaya bertenung menggunakan media ampas kopi hitam di Bengkulu.

Tenung sendiri jika merujuk pada KBBI memiliki arti mengetahui, meramal sesuatu yang gaib seperti meramalkan nasib, mencari orang hilang, dan lain sebagainya. Cara menenung menggunakan media ampas kopi sebenarnya menjadi kekhasan sejumlah wilayah di Sumatera.

Di desa Belui, Kerinci, Jambi misalnya aktivitas menenung menggunakan ampas kopi cukup sering digunakan masyarakat setempat. Hal sama pun dilakukan oleh masyarakat di Bengkulu.

Menurut penuturan mertua saya yang kebetulan orang asli Bengkulu Selatan, saat beliau kecil menenung awalnya dianggap sebagian masyarakat tempat ia tinggal yakni Seginim, Bengkulu Selatan hanyalah permainan belaka. Namun kemudian hal tersebut jadi kepercayaan tersendiri ketika adanya perubahan dari mereka yang melakukan tenung.

Saya sendiri sempat melakukan tenung beberapa tahun lalu. Bersama dengan mertua dan istri, saya mendatangi tempat orang yang dipercaya memiliki kepandaian tenung. Tidak semua orang yang memiliki kemampuan tenung bisa dipercaya banyak orang.

Biasanya track record orang yang pintar tenung dibicarakan dari mulut ke mulut. Kasarnya, brand image si ahli tenung itu dipengaruhi oleh omongan orang yang pernah bertenung dengan dirinya.

Nah ada satu cerita lucu soal brand image mulut ke mulut tukang tenung ini. Menurut penuturan mertua, pernah ada tetangga dari tukang tenung ini tengah mengadakan hajatan namun justru tamu undangan yang datang malah ke rumah tukang tenung itu karena mengetahui dari mulut ke mulut.

Kembali ke aktivitas saya saat bertenung di Seginim, Bengkulu Selatan, saya merasakan tak ada rasa atau aura mistis yang kental ketika datang ke tempat tukang tenung tersebut. Sang tukang tenung, perempuan tua sewajarnya banyak perempuan tua di pedesaan Sumatera, tak ada yang berbeda.

Aktivitas tenung dimulai saat perempuan tua itu menghidangkan gelas kopi hitam kental. Kopi yang digunakan bukan kopi kemasan yang dijual di warung-warung namun kopi asli Bengkulu. Saya diminta untuk menghabiskan kopi yang dihidangkan tersebut.

Setelah kopi habis, gelas dibalik. Ampas-ampas kopi itu membentuk garis-garis bercabang di bawah gelas kopi. Nah garis-garis bercabang inilah yang dibaca oleh tukang tenung itu, ada garis yang menggambarkan rejeki, ada garis yang menggambarkan jodoh, dan lain sebagainya.

Meski garis-garis dari ampas kopi tersebut terlihat sangat tipis dan tak beraturan, si tukang tenung ini masih bisa membacanya. Bagaimana cara ia membaca itu? Sulit ntuk dijelaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun