Mohon tunggu...
Fatih Tiktin
Fatih Tiktin Mohon Tunggu... profesional -

TIKTIN 2000, terusir Getar Sastra Kota batu Malang era '91, \r\n"Hello teman2, dimana kalian !" \r\nDan esjeka '95-an masih suka menulis APASAJALAH...., nitip-nitip diri di dunia Perbukuan dan Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Rakyat Pasir Putih Wisid, Alternatif WBL Lamongan

28 Oktober 2011   13:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:22 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_144566" align="aligncenter" width="620" caption="Beach resort Tajungkodok"][/caption] Tanjungkodok tempo dulu merupakan tempat wisata tradisional. Era 90-an menjadi wisata rakyat paling favorit, dan terkenal di kalangan wilayah Surabaya, Gresik, dan Tuban. Lamongan kota dan wilayah bagian Selatan justru kurang meminati wisata Tanjungkodok. Wilayah Lamongan sangat luas. Zona geografisnya mulai dari pantai Utara sampai perbatasan Jombang utara. Pertimbangan geografis ini membuat Lomangan City kurang berminat terhadap Tanjungkodok. Pertimbangan mereka lebih menyukai Gresik dan Surabaya.

Tanjungkodok berada di tengah-tengah tiga kabupaten dan kabupaten kota. Setiap hari raya ketupat para pemuda berarak-arak menuju Tanjungkodok, dan momen ini dimanfaatkan menyelenggarakan panggung rakyat seperti group Orkes dan band daerah. Akan tetapi keramaian tersebut tidak jarang mengundang kegaduhan, yaitu berkelahi (tawuran) antar pemuda desa dan kabupaten. Puncaknya tahun 1995-an tepatnya Hari Raya Ketupat Tanjungkodok pernah ditutup mengingat wisata ketupat menjadi ajang pertarungan para geng. Dan tahun-tahun berikutnya (setiap Hari Raya Ketupat) pemerintah desa setempat melakukan siaga 1, khususnya desa Tunggul, Brak, Sekrikil, Sendang dan kecamatan Paciran.Permasalahan inipun menjadi pusat perhatian pemerintah daerah. Dan pada puncaknya pemda Lamongan membangun Tanjungkodok hendak menjadi wisata nasional dengan menggandeng investor asing.

Wisata Tanjungkodok disulap menjadi wisata Nasional, dan terkenal dengan nama WBL (Wisata Bahari Lamongan), hingga sekarang. Tarif masuk wisata setaraf wisata-wisata terkenal di Jawa Timur, seperti Jatim Park. Hari-hari biasa 40.000,-, dan pada hari libur bisa meningkat Rp. 60.000,- per-kepala.

Karcis yang tinggi setaraf menu yang disajikan oleh WBL. Peningkatan Tanjungkodok menjadi WBL yang dikelolah oleh Pemda (milik investor asing) hal ini membuat rakyat sekitar kurang bisa menikmati Tanjungkodok. Wisata rakyat sudah hilang. Budaya tanjungkodok-an sudah tidak ada di kalangan pemuda, dan tawuran antar pemuda pun tidak kelihatan lagi. Demikian juga indahnya pantai hanya bisa dinikmati dengan memandang sambil menikmati mainan-mainan modern. Jeburan kaki ditepi deburan ombakpun sudah tidak sebebas dulu. Semua sudah difasilitasi dengan hiburan dan mainan-mainananak-anak dan dewasa. Misal kolam renang, rumah hantu, film 3D, perahu layang, pasar, tornado, mainan anak-anak, dan lain-lain. Tidak beda jauh dengan fasilitas wisata di Jatim Park Malang.

Budaya sebutan tanjungkodokpun hilang, bahkan batu yang menjorok ke laut (mirip kodok) bukan lagimenjadi faktor keunggulan wisata.

Rakyat mencari alternatif wisata lain, khususnya di hari raya ketupat. Mereka jalan-jalan biasa, dan masuk ke Wisid (Wisata Segoro Indah Dalegan) di desa Dalegan kecamatan Panceng kabupaten Gresik. Wisata ini masih ditangani oleh pemerintah desa Dalegan kecamatan panceng. Posisinya berada di pantai utara wilayah desa Dalegan. Karcis masuk hanya Rp. 5.000,- termasuk parkir sepeda di lokasi wisata, dan masyarakat puas menikmati keindahan pantai.

[caption id="attachment_144570" align="aligncenter" width="659" caption="Wisata Rakyat Pasir Putih desa Dalegan kec. panceng kab. Gresik"][/caption]

3 tahun ini Wisid Dalegan pantai Utara kabupaten Gresik dikelolah oleh rakyat. Pegawai wisata diambil dari masyarakat sekitar, dan digaji dari karcis masuk. Setiap hari omset wisata pada hari-hari biasa kurang lebih Rp. 400.000,- pada hari minggu dan hari libur rata-rata Rp.3.000.000, bahkan menurut sumber pernah mencapai Rp.10.000.000,-.Dan pada hari raya ketupat atau Hari Raya Fitri rata-rata Rp. 30.000.000,- per-hari, khususnya hari kedua dan ketiga. Nilai omset ini bisa diketahui bahwa masyarakat desa masih mendambakan wisata tradisional yang sederhana, asyik, dan menghibur. Beda dengan berwisata ke WBL. Berwisata ke WBL sudah kelas nasional, dari masyarakat perkotaan, pebisnis, dan anak-anak yang dekat dengan alam modernitas. Atau WBL sudah setingkat dengan tour-tour yang diselenggarankan sekelompok masyarakat, bukan tour keluarga kecil dari rakyat biasa. Maka dari itu masyarakat desa sekitar WBL, atau kecamatan sekeliling Paciran mencari alternatif lain, seperti ke Wisid Dalegan kabupaten Gresik. Wisid adalah pantai pasir putih. Kondisi pantai masih dekat dengan alam, pasir putih bersih dan utuh lagi bersih, udara segar, dan biaya terjangkau oleh lapisan kelas rendah, menengah, dan tinggi.

Selamat datang Wisid di desa Dalegan kecamatan Panceng kabupaten Gresik. Wisata rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun