Telah jadi debat bertahun-tahun antara konservatif agamis dan ilmuwan bahwa cloning manusia tidak sesuai dengan etika. Dengan kekuatiran lebih berbau filosofis, orang seperti Hitler, Polpot, Stalin bisa hidup kembali atau matinya lembaga “pernikahan” sebagai satu-satunya prosedur berkembang biak yang direstui Tuhan. [caption id="attachment_135513" align="aligncenter" width="460" caption="Photo: www.telegraph.co.uk"][/caption] Beberapa tahun terakhir ilmuwan beberapa Negara tekun dalam riset sel batang. Telah diketahui, Stem cell atau sel induk/sel batang merupakan cikal bakal terbentuknya organ dalam fase janin. Sejumlah terapi kesehatan telah menggunakan sel batang yang juga terdapat dalam darah tali plasenta (pusar) untuk mengobati penyakit. Silakan anda googling sendiri, karena pembahasannya bakal berbelit-belit dan merontokkan saraf. Pada kenyataannya, baku hantam dua kubu antara agama dan ilmu pengetahuan cendrung kearah politik ketimbang kemaslahatan manusia yang lebih menjanjikan. Kaum agamis sayap kanan sangat bersemangat dalam menentang riset sel batang, dan telah berhasil menghambat proses itu melalui manuver politik yang lihai. Disatu sisi kubu agamis lebih terorganisir dengan dana besar dan sedang berkuasa, disisi lain kubu ilmuwan harus ekstra hati-hati berkolaborasi mendapatkan “suaka” untuk mereka bereksperimen. Terlepas dari pertikaian dua raksasa itu, riset sel batang sendiri sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan cloning DNA, sebaliknya penemuan terbaru memungkinkan pembuatan organ tubuh manusia, sehingga memungkinkan harapan usia manusia mencapai level ratusan tahun, bukan selamanya (karena kehilangan DNA). Tapi berkembangnya riset sel batang, merupakan gerbang pembuka cloning manusia, tak bisa dibantah. Hanya saja apakah kita akan memasuki gerbang itu? Belum tentu. Tetapi saya berharap riset sel batang mendapat lampu hijau, sehingga meningkatkan kualitas kesehatan jutaan manusia. Ambil contoh meninggalnya Steve Jobs, jika riset ini sudah diizinkan 10 atau 20 tahun yang lalu, barangkali dia masih hidup bersama jutaan orang yang mati karena kanker tahun ini. Ketimbang meributkan apakah mengambil janin yang belum ada jantung, ginjal, mata, kaki, tangan dianggap sebagai pembunuhan. Hanya karena ketololan mengartikan hidup semata-mata masalah bernyawa atau tidak, namun melupakan jutaan generasi yang bisa selamat dari penyakit mematikan. Silakan saja membentangkan spanduk membela hak azazi janin, hak azasi sperma, hak azasi sel telur, atau hak azasi apalah. Silakan bagi yang memilih menentang riset ini hidup dalam dunia primitif, meski kemajuan fantastis dibidang ini bukan indikator kualitas kehidupan seseorang, saya lebih memilih hidup dengan organ tubuh yang selalu prima, adil kan? Tentang apa itu Stem cell dan manfaatnya bagi kesehatan secara gamblang di ilustrasikan pada video berikut >>> DISINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H