SEDIH
Melihat berlangsungnya pemilihan presiden-wakil presiden 2014 ini yang begitu keluar dari biasanya, tersimpulkan bahwa kita masih bertumbuh menjadi dewasa dalam berdemokrasi. Karena kita masih anak-anak, maka kita pun tanpa malu mengabaikan kepatutan berjalannya sebuah sistem keteraturan, sebab proses penetapan siapa yang memimpin negeri ini telah kita langkahi tanpa pikir.
KPU sebagai pemroses yang sah atas penetapan pejabat presiden yang baru, sementara ini masih dalam tahap awal menjalani langkah-langkah penetapannya, kita malah begitu berani telah mengumumkan diri sebagai presiden-wakil presiden baru. Kita seolah tidak bisa menahan diri untuk segera duduk di takhta kepresidenan.
Perbuatan ini janganlah menjadi sebuah pertunjukkan tindakan yang menyatakan bahwa kemurnian hati untuk memimpin negeri menuju kesejahteraan Indonesia hanyalah slogan dusta semata, dimana kita ini sangat mengemukakan diri untuk meraih kekuasaan atas negeri, bukannya mengemukakan rakyat untuk mencapai kesejahteraan yang dirindukan negeri.
Saya sedih melihat kita yang berkehidupan tinggi melakukan hal yang sangat rendah yang justru tidak pernah dilakukan oleh rakyat Indonesia yang berkehidupan rendah. Entah kita yang tinggi-tinggi ini memang sudah tidak memiliki hati, atau memang tidak pernah ada yang bernama rakyat Indonesia tertulis dalam hati kita; sehingga yang terus kita hidupkan hanyalah kepentingan diri, kekuasaan atas negeri, dan sebesar-besarnya apa yang bisa kita dapat pada masa sekarang ini.
Jika kita tidak mau sadar dengan segera, maka kelakuan kita yang kita tunjukkan sekarang ini bisa membuat rakyat kehilangan produktifitas sebab seluruh energi tersedot oleh perbuatan kita yang memalukan negeri ini.
GEMBIRA
Saya mengakui perjalanan demokrasi kita masih dalam pembelajaran. Itu sebabnya dapat dipahami bahwa kita memang masih anak-anak dalam berdemokrasi. Setiap hari yang kita lewati akan memberi pengalaman bagi kita dalam melaksanakan proses demokrasi dengan benar. Dan dengannya kita terus bertumbuh.
Tujuan demokrasi adalah untuk menerbitkan pemimpin dari rakyat yang mensejahterakan rakyat. Demokrasi bukan mengangkat seseorang lalu dijadikan berkuasa. Demokrasi itu bukan memilih seseorang lalu dijadikan kaya. Demokrasi itu mencarikan seseorang untuk dituntut menjalankan segala kemampuannya mensejahterakan rakyat. Sementara itu, demokrasi dalam sebuah negeri itu adalah rakyat keseluruhan, bukan sebagianan rakyat, dan demokrasi kita jadi dewasa jika kita sudah menjalankan tujuan demokrasi itu sendiri.
Sekarang, kita sedang menuju kepada kedewasaan demokrasi yang sejati.
Karenanya, haruslah menjadi perhatian utama kita, berbuka hati untuk menyediakan masadepan yang sejahtera bagi Indonesia, rakyat, dan negeri. Menyediakan masadepan sejahtera itu bukanlah suatu hal yang berat, kecuali kita hanya mementingkan diri sendiri pribadi untuk hari ini. Menyediakan masadepan sejahtera juga bukanlah hal yang mustahil, kecuali kita membekukan otak kita untuk tidak peduli anakcucu kita. Menyediakan masadepan sejahtera sungguh bukanlah suatu hal yang tiada harapan, kecuali udara, tanah, dan air Indonesia ini kita biarkan mati begitu saja.