Mohon tunggu...
Tommy Junus Sarwan
Tommy Junus Sarwan Mohon Tunggu... Petani -

indonesia sejahtera 2045 adalah berhasilnya pelaksanaan cita-cita berdirinya indonesia sebagai negara yang mandiri sejati dan berdaulat, bangsa yang makmur dan sehat, dalam kehidupan yang dinamis dan aman. tujuan itu tercapai pada usia 100 tahun indonesia merdeka; melalui 5 program kerja berdasarkan isi pembukaan UUD 1945 yang dimulai pada tahun 2014

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

(66) Energi Indonesia Sia-sia, Harga Beras Naik 160.000 Kali

29 Januari 2015   12:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

RUPIAH, FAKTA KEKUATAN EKONOMI INDONESIA; Republikasi Ekonomi, Solusi KeempatMenuju Indonesia Sejahtera 2045 (2/5)

Lanjutan dari

http://politik.kompasiana.com/2015/01/28/65-rupiah-melangit-tanpa-isi-pertumbuhan-ekonomi-karbitan-698800.html

PARAMETER BERAS 1913

Beras sebagai komoditas utama Indonesia pada tahun 1975 bernilai Rp 45 lalu tahun 2013 seharga Rp 8000 untuk kualitas dan kg yang sama. Jika dibandingkan lagi ke tahun 1913 yang Rp 5 sen, maka Indonesia tidak dapat disebut sebagai sebuah negara yang mandiri dan berdaulat.

Harga beras adalah kekuatan negara yang menetapkan kelayakan nilai uang Indonesia. Dalam tahun dekade 2003 - 2013 terbilang menurun setidaknya 4 kali lipat.

Lalu berpatokan kepada harga beras, Indonesia harus menyadari dengan sangat jelas bahwa kemakmuran Indonesia tahun 2013 ini bila dibandingkan 100 tahun lalu telah turun 160.000 kali.

Berapa kali jika dibanding harga beras tahun 2015 ini? 240.000 kali. Melihat ini bukankah kita boleh berteriak : “Keterlaluan!”

Jika terlalu didramatisasi, bagaimana jika kita bandingkan dengan harga beras tahun 1945, saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan? Tidak banyak, hanya 267 kali.

Dalam 70 tahun Indonesia merdeka ini,setiap tahunnya harga beras naik 4 kali lipat. Artinya, setiap tahun, Indonesia terpuruk 4 kali lipat.

Padahal, apakah beras tahun 1913 berbeda dengan beras tahun 2045 lalu beda juga dengan tahun 2015 ini? Apakah beras tahun 1913 dibuat dari abu, lalu tahun 2015 terbuat dari emas, sehingga harganya meningkat 240.000 kali lipat?

Siapa yang pernah pikir bahwa beras yang sama modelnya, tanamnya sama, sumbernya sama, dimasak sama, kenyangnya sama, namun harganya luarbiasa melonjak sampai ke angka mengagumkan itu? 240.000 kali lipat bukan satu angka senda-gurau atau main-mainan, dan itu menunjuk bahwa kualitas Indonesia dibanding 102 tahun lalu memburuk 240.000 kali.

Ternyata Rp 15.000 itu hanya setara dengan 5 sen Rp.

Dan semestinya, hari ini, tanggal 28 Januari 2015, handphone Apple S5 Gold hanya seharga Rp 43.30 (baca : empat puluh tiga rupiah tiga puluh sen); sedangkan sedan Mercedes S Class 200 Sport itu hanyalah seharga Rp 2.533.30 (baca : dua ribu lima ratus tiga puluh tiga rupiah tiga puluh sen).

Sungguh Rp, IDR, rupiah Indonesia ini berjaya luarbiasa. Ini baru Indonesia hebat. Indonesia wibawa. Indonesia sejahtera.

Parameter beras apakah tahun 2013, atau tahun 2015, atau tahun 2225; mau zaman kuno, zaman dulu, sekarang, atau masadepan; adalah sejatinya rupiah Indonesia , sejatinya negara dan bangsa Indonesia.

Jangan pandang enteng naiknya harga satu barang, sebab semakin naik harga barang bukan bukti Indonesia semakin kaya, tapi justru bukti Indonesia semakin memburuk. Kuantitas tanpa kualitas, bukti ekonomi Indonesia semakin bertumbuh namun semakin kopong.

Mengapa semakin gendut semakin ringan? Semakin melangit semakin melorot? Karena Indonesia tak ubahnya bayi raksasa, dari usia nol tahun sampai seumur tujuh puluh tahun sebegini, namun hidup tetap dipangku sambil disuapin luarnegeri.

ENERGI SIA-SIA

Seorang petani bekerja dengan susah-payah selama sepuluh tahun atas ladangnya seluas sepuluhribu meter, untuk memiliki motor melalui kredit lima tahun. Saat itu dia menunjukkan kepada dunia bahwa ia adalah petani Indonesia yang sukses dan sejahtera.

Seorang pemuda berpendidikan tinggi, tidak memiliki tanah untuk membuat satu produk, namun ia bekerja menggunakan kepintaran pikirannya, dan mendapat upah limapuluh kali pendapatan kotor sang petani. Lima tahun kemudian ia memiliki sebuah mobil melalui kredit lima tahun. Delapan tahun berikutnya ia mengganti mobilnya dengan yang lebih mahal melalui tukartambah dan kreditlima tahunan. Pemuda itu sama menunjukkan kepada dunia bahwa ia adalah seorang yang sukses dan sejahtera.

Pada tahun kelimabelas, motor sudah tidak bisa digunakan lagi. Dan pada saat itu sang petani tidak mampu lagi mengolah kebun untuk kredit motor karena sudah tua. Dengan demikian, maka 60 % tenaga, hasil usaha, kebutuhan keluarga, dan masa depannya hilang sia-sia ditelan motor tersebut. Dia tidak menyadari ketika ia memandang motornya yang sudah menjadi rongsokan, bahwa ia mengorbankan hidupnya, tanahnya, Indonesianya, untuk pembuat motor. Yang tampak adalah, ia menunjukkan kepada dunia bahwa ia miskin dan tidak sejahtera.

Walaupun semua tahu yang ia sejahterakan selama limabelas tahun itu adalah si pembuat motor, namun kepentingan-kepentingan sendiri menutup kesadaran diri.

Sementara si pemuda kini sedang menikmati hidupnya di hari tua. Rumah mewah, mobil bagus, hidup senang, ia menunjukkan kepada dunia bahwa dengan otaknya ia menjadi lebih sejahtera.

Namun untuk ini, tidak ada yang tahu, bahwa siapa yang memberinya rumah, mobil, dan harta berlimpah. Sebab, bukan dirinya yang memberi segalanya itu, tetapi jutaan petani memberikan kerjakeras mereka, dan jutaan kg apapun produk dalam bumi indonesia ditukarkan dengan semua hartanya.

Makin hari, makin banyak uang berbungkus investasi asing masuk ke Indonesia, seperti yang dikehendaki pemerintah untuk menurunkan persentasi pengangguran, padahal makin hari entah harus dikembalikan pakai apa, sebab bagaimana menukarkan otak dengan produk hasil bumi yang memadai?

Cuma satu yang paling cepat ditukarkan. penyedotan besar-besaran negara, tanahnya dan airnya. Melaluinya, investasi diserap Indonesia ke semua bagian negara bagai darah mengaliri pembuluh nadi.

Lalu, Indonesia semakin hari, semakin tidak memiliki lagi tanah dan air sendiri.

CARA BAYAR HUTANG

Ada cara Indonesia bisa membayar utang dan mengganti investasi lalu mengambil kembali tanah yang tergadai tersebut. Caranya pun sederhana, karena dalam hitungan sederhana pula maka utang Indonesia tahun 2014 sebesar Rp 3100 Triliun dapat dilunasi.

CARA PERTAMA

Langsung dengan segera tahun 2015 ini realisasikan dengan memberikan propinsi Sulawesi Utara, atau Jakarta + Banten + Jogja, atau Bali + Jakarta + Banten, atau 1/3 Jawa Tengah, atau ¼ Maluku, atau 1/5nya Aceh, atau ½ Bengkulu, atau lainnya, tinggal dihitung saja; kepada negara-negara pemberi utang maupun penginvestasi; pada ukuran rata-rata harga tanah Rp 25 Juta/ha (nilai uang tahun 2012).

Sejak 1994 saja, rata-rata setiap 1 US$ investasi yang datang ke Indonesia telah ditukar dengan tanah Indonesia seluas 360 m2 pada tahun 2013 ini. Jadi total hutang saja, Indonesia Rp kurs 2015 ini, maka itu sama dengan 154 juta ha bukan lagi milik Indonesia.

CARA KEDUA

Karena Indonesia tidak mampu membayar, maka si pemberi utang lalu menghapus (memblokir) Rp 3100 Triliun itu. Saat tersebut, kecuali petani dan nelayan, lainnya di seluruh Indonesia segera menjadi orang miskin. Punya uang tetapi tidak bisa digunakan, punya harta tetapi tidak berarti. Punya Industri tapi tidak bisa jalan karena tidak ada sparepart. Mau bikin sparepart sendiri, mesin pembuat sparepart buatan luar negeri.Punya teknologi tapi tidak bisa bikin dari nol lagi. Punya emas tapi tidak bisa bikin chip, tidak bisa bikin motherboard, tidak bisa bikin piston, tidak bisa bikin seal, tidak bisa produksi minyak, tidak bisa bikin conveyor, tidak bisa bikin panci, tidak bisa bikin benang, dan seterusnya. Mau makan tidak ada makanan, karena tidak ada makanan dimana-mana.

Petani dan nelayan bisa makan, karena mereka tanam singkong, padi, dan menangkap ikan lalu saling membarter, tanpa perlu minyak atau mesin, cukup mencangkul dan mendayung dengan peralatan yang dibuat sendiri.

Dan beberapa waktu kemudian, Indonesia telah hidup di zaman batu, pakai baju dari daun dan kulit pohon, karena tidak bisa lagi bikin baju sebab tidak ada mesin untuk memintal kapas. Petani dan nelayan yang bikin baju dari daun dan kulit pohon, juga membuat hasil bumi sebagai makanan; karena hanya mereka yang mempunyai tanah dan kemampuan.

Dan sebagai orang yang berjiwa Pancasila, Pembukaan,dan UUD 1945, petani dan nelayan juga mampu mengamalkannya, maka mereka lalu membagikan pangan dan sandang yang primitif itu tanpa harus beli kepada orang Indonesia lainnya, petani dan nelayan mau nggak mau kasih makan karyawan, direktur, dan menteri sampai presiden, karena semuanya tidak punya apa-apa lagi kecuali diri dan otak yang tidak bisa berguna lagi. Kecuali tentu karyawan, direktur, menteri dan presiden itu mau memacul, jika ia punya kebun warisan orangtua, atau mau buka kebun baru di hutan, yang sudah bukan punya siapa-siapa lagi. Jika mau melaut menangkap ikan tinggal sendiri perahu sendiri, karrena mana bisa mengupah orang, wong rupiah tidak berlaku lagi buat bayar.

Sayangnya cara pertama dan kedua tersebut tidak bisa dilaksanakan karena kepentingan semuanya. Apalagi keadaan tersebut adalah radikal pesimis yang tidak masuk akal, atau memang orang di Indonesia tidak pernah satu kali pun memikirkan tentang ini.

TERSISA CARA KETIGA

Indonesia memperbaiki sistem investasi dengan pinjaman murni, dan memproduksi secara optimum seluruh tanah dan air yang berpotensi produksi.

Pola ini akan menaikkan semangat produksi hasil bumi Indonesia yang mampu menukar balik semua tanah yang tergadai.

Program produksi bersumberkan udara, tanah dan air yang hidup (kehutanan, pertanian, perikanan, enerkal – energi kekal, energi tidak habis) akan mampu membayar pulang semua utang Indonesia dalam 10-20 tahun mendatang tanpa menjual hasil tanah dan air yang mati (pertambangan) dalam bentuk hasil produksi apapun di Indonesia.

Kenyataannya, Indonesia memiliki tiga sumber kehidupan kesejahteraan dan kemakmuran yang berlimpah, yang selama-lamanya tidak pernah habis. Udara, tanah, dan air. Tiga sumber ini jika dimanfaatkan maka mendapat guna, jika sebaliknya dibiarkan maka ia menjadi percuma.

Cahaya matahari, energi angin, tenaga air, tanah yang ditanam, ikan dan hasil air yang tidak digunakan akan hilang begitu saja menjadi nilai nol dan nihil. Namun ketika sumberdaya ini dimanfaatkan dengan benar dan baik, maka Indonesia akan muncul sebagai pemimpin dunia dalam menghidupkan kehidupan manusia.

Sekarang ini, Indonesia terlalu kekanak-kanakan karena menyatakan pertumbuhan berbagai sektor di kota-kota Indonesia sebagai indikasi kemajuan Indonesia. Indonesia selalu tidak menyadari bahwa penuhnya gedung pencakar langit, padatnya kendaraan, sibuknya kegiatan manusia kota; itu semua hanyalah fatamorgana ekonomi.

*



(BERSAMBUNG) MEMBANGKITKAN KEKUATAN EKONOMI INDONESIA (3/5)

Salam Indonesia sejahtera

Tuhan memberkati Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun