JUANG
69 tahun yang lalu rakyat Indonesia bersatu mendaulatkan banyak negeri menjadi sebuah negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia; yangmana secara bertahap kepulauan negeri dengan bangsa-bangsa kecil menyatukan hati untuk memerdekakan diri dari penjajahan bangsa asing.
Perjuangan ratusan tahun yang tanpa henti, menghasilkan kemerdekaan yang dunia ketahui bersama.
Kemudian bangsa-bangsa kepulauan ini mulai memahami, bahwa perjalanan negara yang lebih baik dan berkeadilan adalah melalui kehidupan yang berjalur demokrasi. Hak penyelenggaraan negara adalah ditangan rakyat.
KULOKRASI
Namun, rakyat adalah manusia. ia berhati berpikiran dan berjiwa milik sendiri. Lalu apakah termanfaatkan atau belum atau tidak sama sekali, faktanya ada 240 juta hati, pikiran dan jiwa yang ada di Indonesia.
Saat ini, pengetahuan yang dipelajari masing-masing mengumpulkan manusia Indonesia di dua bagian, yang sama-sama ingin menguasai negeri-negeri di Indonesia. Berdasar sama, bertujuan sama. Sama-sama ingin mensejahterakan rakyat keseluruhan dengan berbagai ide, metode dan cara yang disiapkan ke dua bagian ini. Dalam hatinya ia berkata : "hanya dengan cara saya maka kesejahteraan Indonesia baru bisa dicapai".
Kondisi ini menjadi titik terlemah dalam demokrasi. Sebab mendasari perlakuan dengan pikiran begini adalah antiklimaks cita-cita demokrasi itu sendiri.Kelakuan bahwa hanya pikiran saya yang paling harus, itu adalah dasar pertama kekuasaan otoriterasi. Tindakan begini adalah jiwa berkuasa yang bersembunyi dibelakang demokrasi, yang saya istilahkan dengan “kulokrasi”. Dan sikap yang mendominasi kulokrasi adalah apapun kepentingan yang terkait hanya pada pribadi. Sadar atau tidak, maka kelakuan ini menjadi penghalang bagi kesejatian demokrasi yang sesungguhnya.
Demokrasi itu dimulai pertama dengan merendahkan diri. Diikuti dengan mengikuti apa yang disetujui orang banyak. Lalu menjalankan semuanya dalam kesatuan. Jika menggunakan semua cara untuk menjalankan kehendak sendiri, maka nilai yang diangkat bukan demokrasi tetapi kulokrasi.
MARTABAT
Sejauh ini, kita menunggu keputusan MK tentang gugat-menggugat, yang menurut ilmu demokrasi adalah bagian dari pelaksanaan demokrasi. Saya berhemat, bahwa seandainya saat kita berjalan menuju TPS bermodalkan kerendahan hati, tak akan kita berlaku jahat didalam pelaksanaan pemilu yang kita lakukan, maka proses dari TPS sampai keputusan KPU, akan berjalan diatas kepercayaan yang bermartabat.
Kubu yang menang semakin merendahkan diri membuang jumawa, sementara kubu yang kalah segera mendukung dengan tulus dan ikhlas.
Sayang, sebagian kita di Indonesia ini masih terikat kuat bahkan menenggelamkan diri dalam kulokrasi. Memulai segala sesuatu demi kepentingan, keuntungan, dan kemauan diri sendiri. Lalu dagelan demi dagelan yang berlakonria semakin menyulitkan kehidupan keseharian rakyat banyak. Kerendahan hati dan kejujuran kita-kita Indonesia yang lain, terkubur oleh hiruk-pikuk kulokrasi yang mengemerincing negeri.
Jika kita bertanya, sampai kapan kulokrasi akan menguncang negeri, maka jawaban pesimis akan bilang : “selama ada dunia ini, maka demokrasi tidak pernah akan menjadi benar”. Saya lebih suka menjawab dengan optimis : “Karena kita belum mulai”.
Mari kita mulai, kita bangun kurikulum pendidikan politik yang bermoral mulai dari PAUD dan TK di seluruh negeri pada tahun ini. Mari kita didik anak murid menjadi manusia bermoral, agar pada seratus tahun kemerdekaan Indonesia, kita sudah lepaslandas menuju kehidupan bersih, berdemokrasi yang bermoral, dan berprilaku beradab dalam keseharian Indonesia.
Jika Presiden Republik Indonesia ini memahami lalu melakukannya, maka ia meletakkan fondasi kedua dalam perjalanan Indonesia ke masadepan. Kemerdekaan demokrasi bagi seluruh rakyat Indonesia.
KONSTITUSI
Keputusan MK hari ini bukanlah sebuah keputusan yang krusial. Putusan itu walau sederhana namun bernilai adil dan beradab bagi kubu Pak Prabowo-Hatta, Jokowi-JK, maaupun bagi kita yang lain. Sebagai rakyat kita semua sama. Kita semua bercita-cita untuk memakmurkan bangsa. Pada saat ini walaupun bukan kita yang menjadi pemimpin negeri, saat ini kita bisa berbuat jauh lebih banyak bagi kemakmuran rakyat bersama. Indonesia itu utuh, satu kesatuan, bukan terbagi dua yaitu pemerintah dan rakyat. Indonesia itu bukan sloganitas yaitu Jokowi atau Prabowo, tetapi Indonesia itu adalah kita sungguh-sungguh rakyat.
Mari kita berterima dengan kerendahan hati, maka Indonesia boleh berbangga memiliki orang-orang yang lebih mampu menuntun negeri menuju kepada kesejahteraan yang sejati. Mari.
Salam Indonesia Sejahtera 2045
Tuhan memberkati Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI