Mohon tunggu...
Lyfe

Land of The Dragon (Di Balik Film Labuan Hati)

15 Maret 2017   23:46 Diperbarui: 16 Maret 2017   00:02 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Komodo betina itu lebih buas daripada komodo jantan. Seringkali ia memakan telurnya sendiri, bahkan anaknya pun ia makan,” (Mahesa)

Lola Amaria menggarap filmnya tidak main-main. Film terbarunya yang berjudul Labuan Hati secara apik mengangkat kisah tiga perempuan diramu dengan pesona alam Flores Nusa Tenggara Timur yang indah. Selain menyajikan latar tempat yang menawan, Lola Amaria juga mengangkat keunikan hewan langka epidemik di tanah Flores yaitu komodo. Dalam film tersebut dikisahkan tiga perempuan Bia, Indi, dan Maria melancong ke Labuan Bajo untuk mencari ketenangan dari peliknya pikiran masing-masing. 

Adalah Bia seorang ibu muda beranak satu yang rindu akan laut dan alam bebas. Menjelajah alam merupakan hal yang tidak pernah Bia lakukan lagi sejak menikah. Hidup Bia seolah terkungkung demi menjalani peran sebagai istri dan ibu. Sementara Indi yang berjiwa petualang datang ke Labuan Bajo sebagai bentuk perpisahan kepada lautan dan alam bebas karena ia akan menikah dengan lelaki yang mengartikan cinta sama dengan komitmen. Laut Labuhan Bajo dipilih Indi sebagai tempat penyelaman terakhir sebelum ia menikah. Kemudian ada Maria, perempuan asli Flores yang berprofesi sebagai pemandu para wisatawan yang datang ke kampung halamannya. Maria pernah ditinggalkan kekasihnya. Luka tersebut membuat Maria trauma terhadap cinta. 

Dikisahkan ketiga perempuan tersebut akhirnya bertemu di Labuan Bajo. Pertemuan tersebut menciptakan persahabatan di antara mereka. Ketiganya kemudian sepakat bertualang bersama di Labuan Bajo ditemani oleh Mahesa, seorang pemandu sekaligus instruktur menyelam. Sebagai anak asli Flores yang sangat tahu seluk beluk komodo, Mahesa menemani Bia, Indi, dan Maria menjelajahi habitat alami binatang yang merupakan satu-satunya spesies terakhir dari kadal purba yang mampu bertahan hidup sampai saat ini.

Saat menapaki habitat alami komodo, para wisatawan memang harus ditemani oleh pawang terlatih karena komodo merupakan hewan buas dan berbahaya. Hewan tersebut memiliki air liur yang mengandung aneka bakteri mematikan di dalamnya. Mangsa yang tergigit oleh predator ini tidak akan mati seketika namun mati perlahan dalam beberapa hari karena infeksi. Saat mangsanya itu mati, komodo siap memakan bangkainya.

Mahesa memandu Bia, Indi dan Maria menyusuri habitat komodo sambil membawa tongkat kayu dengan ujung bercabang membentuk huruf Y. Tongkat kayu tersebut digunakan untuk berjaga-jaga jika komodo menyerang. Kayu bercabang tersebut diarahkan ke leher komodo untuk melemahkan serangannya. Komodo memang termasuk reptil berbahaya, selain suka memangsa hewan lain, komodo dewasa juga suka menyantap anaknya sendiri.

“Komodo betina itu lebih buas daripada komodo jantan. Seringkali ia memakan telurnya sendiri, bahkan anaknya pun ia makan,” cerita Mahesa pada Bia, Indi, dan Maria yang menanggapinya dengan antusias. Perilaku komodo betina akan semakin galak dan protektif saat menggali sarang untuk meletakkan telurnya. Komodo betina yang sedang mengerami telurnya tak segan-segan menyerang mahluk yang dianggap memasuki garis batas wilayah teritorinya, termasuk manusia.

Dalam film Labuan Hati diperlihatkan sebuah adegan ketika Bia, Indi, Maria, dan Mahesa disertai oleh seorang pawang mengamati komodo dari dekat. Rona penuh kengerian tercermin di wajah mereka. Komodo di depan mereka memang hanya diam, gerakannya lamban dan malas. Sesekali kadal raksasa tersebut menjulurkan lidahnya. Namun jangan salah kira, meskipun terlihat lamban dan pemalas, komodo mampu menyergap mangsanya dengan cepat dan keras dengan bantuan moncong  dan ekornya. Hewan ini juga memiliki indera penciuman sangat tajam yang mampu mencium amis darah dan bau bangkai meski berjarak 2 kilometer.

Keunikan dan keganasan binatang tersebut menjadi salah satu alasan Bia dan Indi melarikan diri ke Labuan Bajo. Mereka ingin merasakan sensasi berdekatan langsung dengan kadal terbesar di dunia itu di habitat aslinya yang hanya ada di Indonesia. Pulau Komodo telah dinobatkan sebagai salah satu New 7 Wonder dalam kategori keajaiban alam, juga menjadi destinasi wisata internasional yang semakin ramai dikunjungi. Ke sanalah dua perempuan tersebut menyepi dan mencari jawaban atas pertanyaan yang membebani pikiran mereka.

Penasaran ingin tahu keseruan Bia, Indi, Maria dan Mahesa melihat si kadal raksasa dari dekat? Saksikan langsung di film Labuan Hati yang dibintangi oleh Nadine Chandrawinata, Ramon Y. Tungka, Kelly Tandiono, dan Ully Triana. Film ini akan tayang mulai tanggal 06 April 2017. Siapa tahu setelah menyaksikan keseruan Bia, Indi, dan Maria melihat komodo di film tersebut dapat menginspirasi Anda untuk melihat langsung kehidupan naga purba tersebut di alam liar, sebagai apresiasi terhadap hewan langka yang menjadi potensi unggulan wisata Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun