Mohon tunggu...
Lyfe

Take Nothing But Memories

19 Maret 2017   18:04 Diperbarui: 19 Maret 2017   18:22 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di balik Film Labuan Hati

Labuan Bajo di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat sebagai salah satu daerah wisata luar biasa indah yang menjadi pintu gerbang menuju Pulau Komodo tempat binatang purba endemik komodo tinggal. Taman lautnya pun tak kalah indah membuat banyak media meliput tentang Labuan Bajo, ditambah dengan publikasi lewat buku-buku traveling dan media sosial membuat turis berbondong-bondong ke sana untuk menikmati alamnya.

Pesona alam itulah yang menginspirasi sutradara Lola Amaria untuk membuat film dengan latar Labuan Bajo. Lola memang ingin mengeksplorasi keindahan alam Labuan Bajo sehingga 100 persen pengambilan gambar dilakukan di Labuan Bajo dan Kepulauan Komodo. Pesona dunia bawah lautnya juga tak luput dari bidikan lensa kamera. 30 persen adegan dalam film berjudul Labuan Hati tersebut dilakukan di dalam air. Lola berharap film tersebut mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Labuan Bajo.

Meskipun film ini dibuat untuk menjual keindahan alam Labuan Bajo, namun Lola Amaria sangat menekankan pentingnya menjaga kelestarian dan keasrian alam. Menurut Lola, kekayaan dan keindahan alam di Indonesia yang sudah dieksplorasi selayaknya dijaga dengan baik. Saat syuting film Labuan Hati, Lola dan kru sangat berhati-hati agar tidak merusak keindahan alami yang terdapat di lokasi cerita. “Kita tidak membawa apapun dan tidak merusak apapun. Kita melakukan syuting dengan sangat hati-hati termasuk saat di underwater,” kata Lola Amaria saat jumpa pers di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Jumat (24/2).

Salah satu destinasi wisata yang menjadi lokasi syuting adalah Pink Beach—sebuah pantai dengan hamparan pasir berwarna pink. Lola menegaskan tak boleh mengambil atau meninggalkan apapun di area yang begitu indah tersebut. “Kalau pasirnya diambil tiap ke sana nanti habis. Tidak ada lagi yang bisa buat iming-iming para turis. Kalau membawa sesuatu, jangan dibuang sembarangan. Jangan sampai sampahnya berserakan,” pesan Lola.

Fenomena pariwisata memang menguntungkan banyak pihak. Pariwisata terbukti mampu menggerakkan roda perekonomian melalui peluang investasi, peluang kerja, dan peluang usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Namun hal tersebut bisa menjadi bumerang saat eksplorasi alam sebagai destinasi wisata justu merusak keindahan alaminya. Sebagai contoh, tentu kita ingat dengan peristiwa rusaknya hutan bunga Amrylis di Jogjakarta karena diinjak-injak oleh pengunjung yang membludak. Para pengunjung seolah hanya peduli pada pose terbaik yang bisa diambil di hamparan bunga namun lupa menjaganya agar tidak rusak.

Memang di era generasi milenial yang lekat dengan instagam, facebook, path, dll. traveling tidak hanya menjadi sebuah gaya hidup namun juga dijadikan sebagai penanda status sosial seseorang. Seseorang dianggap ‘keren’ jika instagramnya dipenuhi foto-foto traveling dari banyak tempat. Kegiatan traveling tak lagi dipandang sebagai kegiatan untuk mengenal dan bersatu dengan alam, namun lebih sebagai cara memuaskan ego pribadi.

Lewat film terbarunya ini, Lola Amaria menyuarakan pesan untuk menjaga keindahan alam terutama Labuan Bajo agar masih bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Menjaga alam berarti ikut berperan menjaga kestabilan ekosistem, juga melangsungkan roda peggerak ekonomi masyarakat lokal. Persoalan pariwisata memang tidak selalu mudah. Di satu sisi ingin menarik banyak wisatawan, sementara di sisi lain ada lingkungan dan alam yang harus dijaga. "Karena kalau misalnya nggak dijaga lama-lama jelek sehingga wisatawan tidak lagi datang. Boleh datang tapi tidak boleh merusak," ujar Lola menegaskan.

Penasaran bagaimana keindahan alam Labuan Bajo terekam dalam film Labuan Hati? Saksikan filmnya mulai 06 April 2017 di bioskop-bioskop kesayangan Anda. Dibintangi oleh Nadine Chandrawinata, Ramon Y. Tungka, Kelly Tandiono, dan Ully Triani. Selami pesan yang dibawa film ini untuk kita, “Leave nothing but footprints, take nothing but memories.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun