World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia merilis data teranyar mengenai penderita diabetes dunia. Jumlah penderita diabetes dunia naik menjadi 422 juta jiwa, sementara di Indonesia angka kejadian (prevalensi) diabetes akan tembus 21,3 juta jiwa pada tahun 2030.
Ibarat gunung es, komplikasi diabetes bisa memicu rentetan penyakit lainnya. Pengidap diabetes berisiko dua kali lebih tinggi terserang jantung dan stroke, rentang gangguan ginjal, impotensi, penglihatan, sampai kerusakan saraf pemicu luka kaki (kaki diabetik) yang bisa berakhir pada amputasi.
Dokter Keluarga BPJS Kesehatan wilayah Tomohon, Sulawesi Utara, dr Grace Maria Salindeho, M.Kes., memaparkan, salah satu kasus terbanyak yang dijumpainya adalah kerusakan saraf (neuropatidiabetik) akibat komplikasi diabetes. Menurutnya, lebih dari 50 persen pasien diabetes rentan mengalami luka kaki. Gejalanya seperti kesemutan dan rasa baal atau matirasa.
“Banyak kasus di mana pasien komplikasi diabetes mengalami luka kaki yang telah membusuk sehingga harus diamputasi akibat penanganan yang terlambat,” ujar dokter Grace saat memberi penyuluhan kesehatan di Surabaya, JawaTimur.
Penyabet gelar Dokter Teladan se-Kota Tomohon, Sulawesi Utara, pada tahun 2010 itu menjelaskan, gangguan kaki diabetik terjadi karena kendali kadar gula yang tidak dilakukan dengan baik dan berlangsung terus-menerus selama bertahun-tahun.
Glukosa yang tidak terkontrol menyebabkan terganggunya suplai darah akibat penebalan atau kekakuan dinding pembuluh darah (mikroangiopati). Saraf yang telah rusak membuat pasien diabetes tidak dapat merasakan sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki.
Salah satu penyebab banyaknya kasus amputasi adalah gangren. Gangren merupakan luka yang diakibatkan oleh tumpukan gula dalam darah. Luka ini disebabkan karena bakteri anaerob clostridium yang dapat hidup tanpa oksigen.
Ketika sirkulasi darah tertumpuk gula, secara otomatis sirkulasi oksigen tidak lancar sehingga menyebabkan clostridium berkembang biak. “Pilihannya ada dua, yakni kontrol gula darahnya atau Anda harus rela kehilangan anggota tubuh,” jawab Jawara Prolanis Berprestasi Dokter Keluarga Program Penyakit Kronis, ini dengan tegas.
Menurut dr Grace, saat ini banyak produk kesehatan yang bisa membantu pemulihan kaki diabetik. Namun yang perlu diperhatikan, imbuhnya, pasien harus cermat dalam memilih produk kesehatan untuk obat diabetes.
Produk kesehatan sebaiknya tidak memberatkan kerja organ seperti ginjal dan hati, tanpa efek samping, dan tanpa bahan kimia obat. “Yang tidak kalah penting adalah obat herbal itu harus teruji klinik untuk diabetes,” tutur dokter yang juga menjabat sebagai Konsultan Medis PT Soman Indonesia.
Sementara itu, Ahli Gizi sekaligus Konsultan Produk Sozo Formula Manggata 1 (SoMan), Pramesti Nindyangrum, AMG.,S.Sos, menyebutkan, pengobatan kaki diabetik membutuhkan penanganan khusus. Agar penyembuhannya cepat dan maksimal, pengobatan kaki diabetik harus dilakukan dua cara, yakni pengobatan dari dalam dan luar.