[caption id="attachment_333875" align="aligncenter" width="166" caption="sumber: daliymail.co.uk"][/caption]
Mourinho adalah sebuah pengecualian dalam sebuah kepragmatisan. Tak semua tim bisa bertahan dengan benar, Tak semua tim juga bisa menyerang dengan benar. Komposisi pemain di chelsea ketika melawan liverpool minggu malam, memberikan mourinho opsi untuk bertahan karena komposisi untuk menyerang sangatlah tidak mumpuni. Ketidakbersahabatan jadwal liga inggris dengan liga champions, membuat mourinho sah-sah saja memilih komposisi dan gaya bermain seperti itu. Kalau anda mengeluh betapa membosankannya permainan chelsea di bawah mourinho, mungkin anda baru menonton sepakbola akhir-akhir ini?
Tidak sekali-dua kali mourinho, mempraktikan sepakbola seperti ini. Yang paling terkenal adalah saat melawan barcelona ketika dia masih memegang inter milan, dimana dia hanya menyisakan milito dan sneijder didepan. Buktinya? Inter milan sukses mengalahkan barcelona, sang juara bertahan yang sedang gila-gilanya di era tersebut. Contoh terbaru adalah ketika melawan arsenal saat paruh musim pertama yang berakhir 0-0 dan ketika melawan Atletico seminggu kemarin. Keindahan permainan bertahan dan serangan balik mourinho adalah yang terbaik, karena semua orang mencoba meniru gaya-nya tapi nyatanya benteng mereka tak apik. Liat bagaimana david moyes memarkir bus yang reot saat melawan munchen, dan banyak tim semenjana ketika melawan tim besar yang coba-coba parkir bus tapi apa daya, bus mereka tak sesolid bus mourinho.
Bahkan bisa dibilang, sepakbola kini mempunyai dua mazhab besar. Mazhab pertama mempunyai imam besar bernama pep guardiola, yang sebenarnya pendahulunya seperti cruyf dan wenger sudah menemukan aliran ini. Imam pep, mencoba memperlihatkan keindahan sepakbola secara harfiah dengan umpan umpan pendek, penguasaan bola yang tinggi, dan teknik teknik individual yang memanjakan mata. Mazhab kedua adalah sebuah antitesis dari mazhab pertama, dipimpin oleh jose mourinho. Jose mourinho tak sendiri, ada Tony pulis, sam allardyce (yang dikritik mourinho), diego simeone, otto rehagael dll. Mazhab ini lebih menekankan keefektifan menyerang, dan mengandalkan serangan balik cepat. Bertahanlah yang baik, menyeranglah dengan cepat maka kamu akan menang.
[caption id="attachment_333876" align="aligncenter" width="354" caption="sumber gambar:mirror.co.uk"]
Memilih mazhab yang mana itu tergantung selera. Pilihan mazhab belum tentu diikuti dengan kesuksesan. Lihat bagaimana arsene wenger yang tetap ngotot dengan gaya bermain indah dll-nya, belum ada trophy selama 9 tahun? Atau mungkin lihat saja tony pulis dan sam allardyce yang begitu begitu saja dengan tim mereka. Menampilkan sepakbola yang pragmatis sebenarnya sah-sah saja, asal mereka paham benar apa yang mereka lakukan. Bukan hanya dengan menumpuk pemain sebanyak mungkin di belakang, dan melakukan serangan balik. Lagipula menumpuk pemain dibelakang tidak sesedarhana itu, cattenacio yang datang dari italia itu tidak berarti menumpuk pemain di belakang. Tapi memiliki pertahanan yang berlapis. Penjelasan lengkap ada di-sini
Jika dituding pragmatis itu negative football dan gaya bermain yang curang sebenarnya relatif. Karena permainan sepakbola bukan ditentukan oleh seberapa indah sebuah tim bermain, tapi tim manakah yang kemasukan paling sedikit dan mencetak gol paling banyak. Â Sesederhana itu saja. Jadi sah-sah saja jika ada tim yang mau menyuruh semua pemainnya bertahan sepanjang laga. Itu adalah mimpi buruk bagi penonton karena kita akan melihat suatu pertunjukan yang tidak menarik. Tidur adalah obat dari mimpi buruk tersebut. Tapi mourinho menawarkan opsi lain, dari mimpi buruk tersebut. Strategi yang dia lakukan tidak semata-mata bertahan, tapi sebuah keindahan. Bagaimana dia berhasil melakukan penyiksaan psikis bagi lawan-lawannya, terbukti kemarin ketika steven gerard melakukan 9 shots secara percuma, guna menebus kesalahannya. Bagaimana gaya permainan liverpool tiba-tiba berubah menjadi crossing, bagaimana atletico madrid begitu kebingungan dan menjadi dungu ketika diberi posession ball yang berlebih. Itulah keindahan dari pragmatisnya seorang mourinho.
Yang lebih membuat indah, mourinho juga apik dalam menyerang. Lihat bagaimana ketika dia tertinggal dua gol dari PSG, saat di stamford bridge dia mencoba memasukan 3 striker sekaligus. Guna membuka pertahan PSG yang rapat. Mourinho ini ibarat orang yang mengedarkan virus ke komputer komputer di seluruh di dunia, tapi dia juga mempunyai antivirus-nya. Arsenal yang mengikuti mazhab permainan indah pun dicukur habis 6-0 oleh chelsea yang bernaung dibawah mazhab pragmatis. Jadi tidak ada alasan yang kuat kalau pragmatis itu sepakbola yang jelek dan dilarang untuk beredar apalagi halal untuk ditiadakan.
Sepakbola singkatnya hanya masalah menang dan kelah. Semua yang tersisa hanyalah bumbu yang menggiurkan. Saya pun penikmat bumbu tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H