"Perempuan bernama AA, berusia 35 tahun yang berasal dari Pangalengan, Jawa Barat menjadi korban pig butchering. AA yang mengaku berkenalan dengan pria dari Korea Selatan via DM IG ini pun tidak pernah terpikir bahwa ia akan menjadi korban pig butchering scam. AA kehilangan banyak aset dengan total mencapai ratusan juta rupiah bahkan sampai berhutang."
Kira kira begitulah isi dari pemberitaan Kompas mengenai pig butchering. Artikel Kompas yang berjudul "Kisah AA, Korban Pig Butchering Asal Indonesia yang Rugi Rp 500-an Juta" ini tentu mengingatkan kita dengan kejadian serupa yang mana dokumenter filmnya sudah sempat di filmkan di salah satu platform streaming,"Tinder Swindler".
Kejadian yang dialami AA maupun dokumenter Tinder Swindler sama sama melibatkan romance scam. Namun, fenomena pig butchering yang kini marak melibatkan kripto dan sedang menjadi perhatian FBI saat ini. Â
Pengertian Pig Butchering
Secara umum, scam yang satu ini adalah modus penipuan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara membangun kepercayaan korbannya lewat hubungan romantis serta janji asmara untuk meyakinkan sang korban secara emosional.
Lantas, si penipu ini akan membujuk korban untuk berinvestasi di perusahaan kripto atau website yang dikendalikan olehnya. Tidak lama kemudian, si penipu akan menekan korban untuk menambah jumlah investasi atau dananya hingga akhirnya penipu mengambil semua uang atau aset korban.
Cara Kerja Pig Butchering Scam
"Gimana sih cara romance scam ini bekerja?"
Pelaku pig butchering akan memakai profil palsu dengan foto yang menarik. Dia akan mengirimkan pesan via media sosial yang seolah-olah ditujukan kepada orang lain.
Selama menjalankan aksinya, si penipu akan meminta korbannya untuk mengirimkan sejumlah uang.
Si penipu juga akan menyakinkan korbannya untuk memindahkan aset kripto mereka dari bursa kripto yang sah ke website yang dikelola oleh penipu, yang tampak selayaknya sebuah perusahaan kripto resmi.
Penipuan dengan modus ini bisa menelan korban lantaran si pelaku sukses membangun kepercayaan mereka dalam kurun waktu yang lama. Penipu pun dalam hal ini menemukan cara untuk menarik emosi targetnya.