Mohon tunggu...
Andreas Afrindo
Andreas Afrindo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Headstrong, cheerful, discipline, hard worker, love new things — Andreas Afrindo Dwi Putra is a child of parents different cultures and religions. He was second child and also he was a twin boy and girl. He was quite proud of himself because he was able to learn Chinese culture from his mother and Javanese culture from his father. Although he lived in two different cultures, it allowed him to understand human tolerance. Today he is studying at Brawijaya University.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berlayar Terus Berlayar

23 Maret 2013   23:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:20 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Biarlah rambutmu basah, berlarilah, berteriaklah, karena kenangan seperti ini tak bisa kauulang, tak bisa kaubeli" - Iwan Setyawan

Diatas tadi adalah kutipan dari penulis novel 9 Summers 10 Autumns (Dari Kota Apel Ke The Big Apple) yaitu Iwan Setyawan, seorang penulis dari kota kecil dan dingin, Kota Batu. Mungkin semua orang tak mengenal Kota Batu, namun kalau kita menyebutnya Kota Batu, Malang, pasti semua mengetahuinya karena Kota Batu memang berdekatan dengan Malang dan merupakan kota yang baru berdiri pada tahun2001. Sebagai kota yang kecil menyimpan berbagai keindahan alam dan obyek wisatanya, apalagi apel Malang yang amat tersohor di nasional maupun mancanegara. Dibalik semua itu, ada seorang yang mampu membuktikan diri dari asalnya kota yang di julukin kota apel yang sukses di The Big Apple.

The Big Apple adalah New York City yang memang sangat terkenal dengan keanekaragamannya dan kedikdayaannya. Mas Iwan, saya menyebutnya Mas Iwan agar lebih akrab. Saya lumayan mengenal Mas Iwan hanya beberapa kali bertemu kalau ayah mengajak silahturahmi setiap hari raya Idul Fitri. Terkadang saya ga menemui Mas Iwan yang memang dulu tak sering pulang kampung ke rumah. Namun saat beliau menulis buku (sebelum diterbitkan), Ibunya, Bu Nah, mengatakan bahwa Mas Iwan akan menulis buku. Saya cukup penasaran apa yang ditulisnya, mengingat kesuksesannya di New York sebagai Direktur di Nielsen Comsumer  Research, New York, Amerika Serikat yang diraihnya dengan perjuangan dan pengorbanan. Mas Iwan menceritakan kepada saya mengapa beliau menulis novel seperti itu karena beliau ingin menginspirasi setiap orang agar selalu berusaha atas setiap impiannya, walau hal itu begitu berat, pasti ada jalan yang dapat kita lalui. Selain itu, dalam penulisannya, lebih menekankan bagaimana besarnya pengorbanan orang tua, terutama ibu Mas Iwan, yang saya kenal memang Bu Nah adalah orang yang ramah dan mudah tersenyum. Ternyata Mas Iwan bisa sukses seperti itu karena ibunya merelakan anak laki-laki satu-satunya untuk mendapatkan impiannya yang sebenarnya tidak terduga menuju New York. Benar-benar sebuah keajaiban, dari bapak seorang supir yang lulusan SMP dan ibu yang tak lulus SD bisa memiliki anak yang mampu menaklukan New York seperti itu.

Dalam novel terbitan Gramedia tahun 2011, di setiap lembarannya disisipkan quotes yang benar-benar menginspirasi dirinya dan bagi orang lain pula. Awalnya membaca novel ini mampu membuat kita dapat merasakan apa yang beliau ceritakan selama pengalamannya bagaimana bapaknya sebagai supir angkutan umum mecari uang demi pendidikan anak-anaknya, dan bagaimana ibunya mengatur keuangan dengan cara mengadaikan barang-barang agar anak-anaknya dapat menjadi sarjana, tak seperti ibunya lulus SD aja ga lulus, ujarnya.

Mas Iwan juga mengatakan novel ini agar semua orang tidak putus asa untuk mendapatkan impiannya, karena selama hidup ini ada hal-hal yang seringkali tak terduga bagi kita, terutama bagi yang kekurangan biaya, bukanlah hambatan bagi kita untuk tidak bisa maju, malahan bagaimana kita selalu berusaha dan berusaha.

Saya sangat menyarankan novel ini dibaca karena memang sungguh sangat mengispirasi setiap orang :)

"All you have to do is dream."

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun