Mohon tunggu...
Indi SofwatunNisa
Indi SofwatunNisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program study Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Memiliki hobi Badminton.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

IQ, EQ, dan SQ dalam Psikologi Pendidikan

27 Oktober 2024   23:00 Diperbarui: 27 Oktober 2024   23:23 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar pexels.com

Intellegent Quotient (IQ) 

Kecerdasan intelektual, juga dikenal sebagai kecerdasan intelektual, adalah kecerdasan yang didasarkan pada kemampuan otak untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Selain itu, kecerdasan intelektual diperlukan untuk melakukan kegiatan mental, berpikir, dan menalar. Psikotes menguji kemampuan pikiran untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang. Ini termasuk pengujian IQ. Indeks banding antara usia mental (hasil tes) dan usia kronologis dikenal sebagai IQ. Seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual (IQ) untuk mengajar. Jika mereka tidak memilikinya, telat berpikir, atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengajar siswanya, itu akan sangat berbahaya.  Hal ini akan berdampak buruk pada prestasi belajar siswa. Diharapkan guru dapat menggunakan pengetahuan mereka sesuai dengan kemampuan mereka. Kecerdasan intelektual terdiri dari tiga bagian: kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah tindakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. 

Emotional Quotient (EQ)   

Menurut Goleman, kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Sementara Cooper dan Sawaf mengartikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dadah. Seseorang dengan EQ tinggi akan lebih baik dalam membangun relasi sosial di lingkungan keluarga, kantor, bisnis, dan sosial. Goleman menemukan bahwa generasi saat ini lebih menghadapi kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya; mereka lebih gugup, lebih cemas, kurang menghargai sopan santun, dan lebih implusif dan agresif.  Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang untuk memahami perasaan orang lain, memahami arti tersurat dan tersirat, dan memahami bahasa verbal dan nonverbal. Dengan pemahaman ini, dia akan mengubah sikapnya untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan lingkungannya, sehingga kehidupan sosialnya juga akan lebih baik. 

Spritual Quotient (SQ)

Kecerdasan jiwa yang dikenal sebagai spiritual quotient, juga dikenal sebagai kecerdasan spiritual, memiliki kemampuan untuk membantu seseorang menyembuhkan dan membangun dirinya secara keseluruhan. Kecerdasan spiritual berada di bagian paling dalam dari diri seseorang. Ini terkait langsung dengan kearifan dan kesadaran. Melalui kearifan ini, manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi juga menemukan nilai-nilai baru melalui proses pemikiran yang rasionalisasi, substansialisasi, dan kontekstualisasi berbagai pengalaman. Jika seorang guru baik dan taat kepada Allah SWT, nilai spiritualnya pasti tidak diragukan lagi; jika sebaliknya, seorang guru yang menganggap salat tidak penting, keimanannya dan dedikasinya sebagai guru perlu diragukan lagi. Modal utama manusia adalah kecerdasan spiritual. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun