Move on adalah istilah yang kerap kali digunakan anak muda atau gen z, yang mengarah ke suatu tindakan melepaskan atau bahasa kekinian yang sering kali disebut "letting go" atau "let go". "Letting go" adalah proses melepaskan perasaan, harapan atau suatu kenangan yang mengikat kita pada masa lalu. "Letting go"Â juga memerlukan tindakan pengampunan, penerimaan dan melepaskan beban emosional yang menghalangi diri kita untuk berkembang. "Letting go" dalam sudut pandang Kristiani juga berarti menyerahkan kendali diri kita kepada Tuhan dan mempercayakan rencana-Nya bekerja dalam kehidupan kita.
Sering kali kita sebagai manusia sulit untuk "let go", Entah itu melepaskan sesuatu maupun seseorang. Sulit untuk melepaskan sesuatu yang ada di masa lalu, bahkan apa yang baru saja terjadi di hari kemarin. Hal ini bisa saja karena manusia seringkali berfikir kalau apa yang ada di masa lalu, atau sesuatu yang sudah terjadi itu adalah apa yang sudah kita lalui, atau bisa dikatakan sudah mengerti rasanya bagaimana. Sedangkan kalau membicarakan "masa depan", tidak tahu apa yang akan terjadi, dan rasanya sulit untuk dipegang atau diprediksi. Bahkan satu jam yang akan datang pun tidak ada yang dapat memprediksi akan terjadi apa pada diri kita, sekitar kita, atau apapun itu. Kita sebagai manusia tidak ada yang tau rencana Tuhan untuk kita masing-masing bagaimana.
Pertanyaaan mengenai masa depan tersebut ataupun hal-hal yang kita tidak tahu didepan akan terjadi apa, biasanya kita lebih suka untuk "pegangan" atau memegang sesuatu yang kita sudah tahu sebelumnya dan yang sudah kita mengerti akan seperti apa. Seringkali juga kita lebih suka untuk mengandalkan sesuatu yang kita sudah tau, dari pada sesuatu yang masih mengawang.
Ngomongin "masa depan", yang kita tidak bisa prediksi. Kita sebagai umat Kristiani, anak-anak Tuhan, seharusnya kita tahu dan percaya kalau rencana Tuhan pasti membawa damai sejahtera. Masa depan kita pasti sudah tertulis di tangan Tuhan, dan dapat dipastikan itu rencana yang jauh lebih baik dari apa yang kita pikirkan. Kita bisa baca di Alkitab pada Amsal 23 : 18 (TB) yang berbunyi, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang".
Kalau ngomongin masa depan, tidak jauh dari pertanyaan-pertanyaan seperti, "Boleh ngga sih Tuhan, aku tau nanti setelah aku lulus kuliah, aku akan jadi apa?" "proses waktu aku kuliah baik-baik aja kah? Atau akan ada sesuatunya?". Seorang pun dari kita tidak ada yang tau details dari masa depan kita. Tetapi kita sebagai manusia ciptaan Tuhan, bahkan anak-anak Tuhan dapat meyakini bahwa masa depan kita pasti ada, apapun jadinya nanti. Dari situlah mungkin muncul pertanyaan lagi, "boleh ngga sih Tuhan aku tau details-nya? Aku pengen tau details itu". Mungkin ketika kita tidak bisa memegang "details" itu, jadinya kita cenderung untuk memegang sesuatu yang sudah ada atau sudah pernah kita lakukan.
Mari dari sini kita bersama-sama untuk "should we let go", untuk apa kita let go dan apa yang harus kita letting go. Buka Alkitab di Lukas 14 : 25-33 (TB) 14:25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: 14:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya , ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 14:28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? 14:29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, 14:30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. 14:31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? 14:32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. 14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Jika disimpulkan dari bacaan diatas, Tuhan memberikan contoh dari orang yang mau membangun menara dan raja yang mau berperang. Dalam bacaan tersebut, kita anak-anak Allah diminta untuk sebelum memulai sesuatu, alangkah baiknya untuk mempersiapkan, mempertimbangkan, melakukan reseacrh terlebih dahulu apa saja yang dibutuhkan supaya bisa berhasil. Dengan kata lain, jika kita mau menjadi murid Yesus, di ayat 32 dikatakan bahwa kita harus melepaskan diri dari segala milik kita, dari apa yang kita punya.
Di Lukas 14:33 (NLT) dikatakan "So you cannot become my disciple without giving up everything for me". Artinya kita melepaskan bukan supaya kita mendapat sesuatu, tetapi supaya semua menjadi jelas. Kita melepaskan karena kita mau memberikan dan menyerahkan semua kepada Tuhan.
Sebagai penutup, mari bersama membaca dari Yohanes 15 : 1-2 yang berbunyi 15:1 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 15:2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, Â dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Di ayat ini, Tuhan ingin kita berubah. Tapi yang kita tau, proses berubah sendiri itu tidak mudah. Tetapi yang perlu diketahui adalah Tuhan tau apa yang lebih baik dari pada apa yang kita pikirkan dan apa yang kita kira.
Apapun yang sedang terjadi di hidup kita, mari coba pikirkan lagi atau bahkan langsung tanya sama Tuhan. Siapa tau dari situ Tuhan ingin membersihkan kamu lewat fase itu. Karena pasti ada purpose atau tujuan Tuhan melewati segala musim hidup kita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!