Mohon tunggu...
Indira Nabilah Rokhmad
Indira Nabilah Rokhmad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perubahan Iklim dan Kepadatan Penduduk Terhadap DBD

18 Agustus 2024   21:31 Diperbarui: 18 Agustus 2024   21:46 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang menular dari nyamuk Aedes aegypti. Menurut World Health Organization (WHO), demam berdarah merupakan 1 dari 10 penyakit ancaman Kesehatan dunia yang menjadi permasalahan bagi negara yang padat. Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia, menjadikan wilayah Indonesia sangat padat. Kepadatan penduduk inilah yang menjadi faktor melonjaknya angka masyarakat yang terinfeksi demam berdarah. Tidak hanya kepadatan penduduk, faktor lain yang memengaruhi adalah cuaca. Demam berdarah sangat beresiko bagi negara dengan iklim tropis dan subtropis. 

Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi. Entah musim hujan maupun kemarau, risiko peningkatan kasus DBD tetap perlu diwaspadai. Peningkatan kasus demam berdarah yang terjadi akhir-akhir ini diakibatkan oleh fenomena El Nino. Peningkatan kasus demam berdarah ketika El nino terjadi ketika penurunan curah hujan secara ekstrim dan dalam jangka waktu yang panjang juga didukung oleh perilaku masyarakat yang cenderung melakukan kecerobohan terhadap wadah-wadah yang berisi air yang berpotensi tinggi menjadi habitat pengembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Dalam tiga tahun terakhir, kelompok umur 15-44 tahun merupakan kelompok yang paling banyak terkena demam berdarah dengan kelompok umur lima hingga 14 tahun merupakan yang paling rentan. Kementerian Kesehatan telah melakukan banyak strategi yang diperlukan dalam menangani demam berdarah, salah satunya adalah penguatan komitmen pemerintah yang menjadikan kepala daerah yang memimpin langsung pemberantasan demam berdarah. 

Masyarakat pun telah banyak di edukasi mengenai cara melakukan pencegahan yaitu dengan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang. Maka dari itu, keberhasilan penanggulangan melonjaknya kasus demam berdarah tidak akan berhasil apabila tidak ada kerjasama antara masyarakat dan pemerintah.

http://repository.radenintan.ac.id/32978/1/Skripsi%201-2.pdf

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240616/0045767/waspada-dbd-di-musim-kemarau/

https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/es/article/view/18877/9888

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun