Menurut kalian, apakah pendidikan tinggi benar-benar menjadi jalan keluar dari kemiskinan, atau justru malah menjerumuskan mahasiswa ke dalam jurang ketimpangan baru?
Di era modern ini, masyarakat kita masih meyakini bahwa gelar akademis adalah kunci menuju kesejahteraan dan keberhasilan. Namun, banyak mahasiswa di Indonesia menghadapi kenyataan yang pahit. Seperti halnya, setelah menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit, kesempatan kerja dan kesejahteraan yang diimpikan ternyata sulit diraih. Sementara itu, tekanan sosial yang begitu kuat untuk "berhasil" menciptakan siklus beban yang hampir mustahil dilepaskan.Â
Ketika memasuki bangku kuliah, mahasiswa Indonesia kerap membawa harapan tinggi dari keluarga dan masyarakat, yang percaya bahwa pendidikan tinggi adalah tiket menuju mobilitas sosial. Namun, mereka kerap menemukan bahwa gelar bukanlah jaminan otomatis kesuksesan. Mahasiswa menghadapi tekanan untuk sukses dalam karier, sementara beban biaya pendidikan membuat sebagian besar dari mereka harus berhutang. Bagi banyak orang, pendidikan tinggi berubah dari impian menjadi beban yang terasa memberatkan.Â
Tidak sedikit mahasiswa yang merasakan kontradiksi. Di satu sisi, mereka ingin memenuhi harapan orang tua yang mengorbankan segalanya agar mereka bisa kuliah, sementara di sisi lain mereka terjebak dalam kenyataan bahwa pendidikan tinggi tidak selalu membawa mereka pada kehidupan yang lebih baik. Ini adalah realitas pahit yang sering tersembunyi di balik optimisme masyarakat tentang pendidikan tinggi. Apakah biaya pendidikan yang tinggi merupakan suatu investasi ataukah hanya menjadi beban finansial?
Biaya pendidikan tinggi di Indonesia terus melonjak, sementara daya beli masyarakat tidak mengalami peningkatan signifikan. Hal ini menyebabkan mahasiswa dari keluarga kurang mampu harus berjuang keras atau terpaksa berhutang. Meski pemerintah menyediakan program beasiswa, kuotanya tidak mencukupi bagi semua mahasiswa yang berhak dan membutuhkan. Akibatnya, sebagian mahasiswa berakhir dalam situasi finansial yang sulit. Pendidikan tinggi yang seharusnya menjadi jalan keluar dari kemiskinan malah menjadi sumber masalah finansial baru bagi mereka.
Lalu, para sarjana juga sering kali dihadapkan pada pasar kerja yang kompetitif. Persaingan tidak hanya datang dari sesama lulusan universitas di Indonesia, tetapi juga dari lulusan luar negeri yang sering kali lebih disukai oleh perusahaan besar. Tidak sedikit lulusan yang berhasil dipekerjaan dengan gaji rendah atau bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Mereka mungkin memiliki gelar, tetapi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak masih sangat terbatas. Ironisnya, pendidikan tinggi yang seharusnya membuka peluang justru memperlebar jurang ketimpangan dalam masyarakat.Â
Realitas pahit yang dihadapi banyak mahasiswa Indonesia ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi bukanlah jaminan mutlak untuk meraih kesuksesan. Sebaliknya, dalam sistem yang ada saat ini, pendidikan tinggi berisiko memperdalam ketimpangan sosial. Harapan besar masyarakat harus dibarengi dengan reformasi kebijakan pendidikan yang memungkinkan pendidikan tinggi benar-benar menjadi jalan menuju kesetaraan dan kesejahteraan, bukan sekadar impian yang berakhir dengan beban finansial.
Apakah kita siap untuk mempertanyakan kembali sistem pendidikan kita dan membentuk masa depan yang lebih inklusif bagi generasi mendatang?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H