Begitu pula dengan ZF, Praka RM dan komplotannya berhasil menyerang mental ZF. ZF yang juga diduga menjual obat-obatan ilegal dan sudah merasakan lucutan dari Praka RM dan komplotannya sekarang tidak berani lagi kembali ke Jakarta. Ia merasa trauma kejadian serupa akan terulang lagi. Rasa trauma yang dirasakan ZF mirip seperti tujuan mekanisme menara panoptikon. Untuk membuat para tahanan merasa takut diawasi, bahkan trauma untuk masuk ke dalam penjara lagi. Dalam kasus ZF, rasa trauma itu muncul karena ZF takut masih diawasi dan diculik lagi oleh Praka RM dan komplotannya.
Begitu pula yang terjadi pada IM. IM yang sebelumnya pernah diculik dan dimintai tebusan sebanyak 13 juta tentu merasakan ketakutan terhadap Praka RM dan komplotannya. Ia pernah merasakan mental dan fisiknya dihajar oleh Praka RM. Setelah penculikan pertama IM tidak berani melaporkan tindakan Praka RM dan komplotannya terhadap dirinya. Hal ini tentu disebabkan IM merasa takut untuk menghadapi masalah yang lebih berat yang melibatkan Praka RM dan komplotannya. Sama seperti kinerja mekanisme menara panoptikon, menimbulkan rasa takut IM terhadap mereka.
Praka RM memanfaatkan simbol-simbol kekuatannya dengan tujuan tidak hanya menyerang mental ZF dan IM, beserta warga sekitar IM, tetapi juga menyerang fisik ZF dan IM. Ia dan komplotannya yang memiliki simbol yang hampir serupa, memanfaatkan kekuasaannya yang seolah berada di jalur yang benar. Sebab para korban diduga menjual obat-obatan yang ilegal, sehingga dengan memanfaatkan kesalahan korban, mereka merasa berhak untuk menyiksa korbannya dan bahkan meminta tebusan dari para korbannya. Jika tidak diberikan, mereka tidak akan segan-segan menyiksa korbannya. Inilah yang menjadikan Praka RM contoh yang tepat dari kinerja mekanisme panoptikon. Ia memanfaatkan simbol-simbol yang melekat padanya, untuk menunjukkan kekuasaannya terhadap IM dan ZF, dan dengan simbol itu pula, Praka RM telah menunjukkan cara kerja mekanisme panoptikon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H