Pagi ini matahari membuka pagi di Bandung dengan sangat indah. Kupandangi kota yang gemerlap berkilauan dengan lampu-lampunya di sana sini. Indah sekali. Dari gelap, tiba-tiba menyeruak cahaya sang surya. Dan pelan-pelan satu persatu lampu dimatikan, menyambut terang yang datang menyapa.
Tak henti-hentinya mata memandang. Sambil berucap, "Aku bersyukur, ya Allah, dan berjanji menjalankan hari dengan bahagia."
Sambil menikmati kicauan burung, hembusan angin, lambaian daun, segarnya embun. Semua menyapa dengan sangat bahagia. Dan aku pun merasa sangat bahagia.
Di tengah alunan "Sabda Alam" karya alm Chrisye, aku pun teringat sebuah pagi di Nagasaki. Saat aku dibawa rombongan pemerintah daerah setempat menikmati sebuah rumah dengan pemandangan indah memandang pelabuhan Nagasaki.
Rumah tersebut adalah rumah seorang saudagar, sangat indah, terletak di atas bukit. Aku tertegun menikmati pemandangan pelabuhan di kejauhan dan berucap, "Ya Allah, indah sekali pemandangan dari atas bukit ini. Aku ingin sekali punya rumah di atas bukit agar aku bisa memandang keindahan di bawah seperti ini. Aku tak tahu, ya Allah. Tapi Engkau tahu. Aku tak mampu melihat jalannya saat ini, tapi Kau mampu. BagiMu tak ada yang tak mungkin. Aku serahkan semua padaMu, ya Allah. Kalau Engkau ridlo, izinkanlah aku memiliki rumah dengan pemandangan indah seperti ini." Dan Aku pun melangkah kembali. Kulempar dan kulupakan doaku. Aku ikhlas, dan kunikmati langkahku, karena aku tahu apapun yang diberikanNya, apakah sesuai dengan doaku atau tidak, adalah yang terbaik.
And here I am...
Kutemukan diriku memandangi kota Bandung di bawahku setahun kemudian. Persis seperti kupandangi Nagasaki di pagi itu. Indah. Tenang. Damai. Penuh syukur, penuh rasa terima kasih tak terhingga.
Rumah ini kecil mungil, jauh, jauh lebih kecil dari rumah di Nagasaki itu. Tapi aku memang tak meminta rumah besar. Aku hanya minta rumah dengan pemandangan indah ke bawah. Dan itulah yang diberikanNya. Maha Besar Engkau, ya Allah. Ini sudah cukup bagiku.
Aku tak tahu apa yang membuatku layak menerima hadiahNya, dan aku tak perlu tahu. Aku hanya perlu percaya, bahwa Ia Maha Mendengar, Maha Mencukupi, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah. Aku cukup, Aku bahagia dengan semua yang Kau berikan. Alhamdulillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H