Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Cinta Banget? Jangan-jangan Sesungguhnya Itu Bukan Cinta

18 Februari 2017   07:10 Diperbarui: 18 Februari 2017   08:56 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang yang bilang aku cinta, dan saking cintanya rela melakukan apapun, rela dipermainkan, berbakti kebablasan, sehingga akhirnya sengsara dan makan hati juga.

Banyak juga yang bilang cinta, tapi banyak melakukan perdagangan dalam cintanya. "Aku kan sudah begini, harusnya dia begitu dong." Dan akhirnya cintanya penuh tuntutan.

Mungkinkah itu cinta kalau mengorbankan diri sendiri? Mungkinkah itu cinta kalau tak pernah ada yang sesuai dengan harapan?

Sesungguhnya manusia bisa menjadi manusia hanya karena ada cinta. Manusia bisa terus hidup hanya karena ada cinta. Cinta Allah, dan kemudian cinta ayah bundanya. Jadi manusia adalah cinta. Cinta ada pada setiap sel dalam tubuhnya.

Sayangnya tak semua manusia sadar akan hal ini, terutama yang lahir dalam lingkungan yang kurang sentuhan. Setiap bayi dan anak butuh sentuhan, dan kurangnya sentuhan bisa membuat anak tumbuh tanpa merasa dicintai.

Saat itulah ia mencoba mencari cinta dari orang lain. Semua orang diharapkannya untuk memenuhi tempat yang dianggap kosong dalam dirinya. Itulah yang menyebabkan perdagangan terjadi. "Saya sudah begini, harusnya dia begitu dong. Kok dia malah begini? Nggak adil."

Itulah juga yang menyebabkan makan hati terjadi. Cinta pada hatinya belum penuh, sehingga mudah makan hati, mudah tersinggung, dan merasa diserang.

Orang yang sadar bahwa dalam setiap sel tubuhnya ada cinta, akan sadar bahwa ia dilengkapi dengan cinta Allah, cinta ayah bundanya dan cinta banyak orang yang berkontribusi dalam hidupnya. Ia tak lagi harus menuntut untuk mendapatkan cinta. Sehingga kalau orang tak membalas sesuai harapan, itu bukan urusannya. Kalau ada yang menghina, ya itu bukan urusannya. Itu tak mengurangi jumlah sel cinta dalam tubuhnya.

Orang yang sadar bahwa sifat Ar Rahman, Ar Rahim, Maha Pengasih dan Penyayang Sang Pencipta ada dalam dirinya, akan menganggap orang yang menghinanya seperti anak yang sedang tantrum dan marah-marah, tak akan sampai membuat depresi atau sakit hati.

Yuk, marilah kita tengok cinta dalam diri kita. Tanpa cinta kita tak akan lahir, tak akan besar, tak akan bisa membaca tulisan ini. Kita adalah cinta, kita lengkap dengan cinta. Kita tinggal berbagi dan menyebarnya ke segenap penjuru. Dan kita siap menerima cinta dalam bentuk apapun yang diberikan siapapun.

Masih merasa sepi? Peluklah diri, dan sadari bahwa cinta Sang Pencipta pun sedang meliputi kita. Isi terus hati dengan cinta, agar kita mampu benar-benar mencintai.
Karena hanya manusia penuh cinta yang mampu mencintai.
Dan cinta yang sesungguhnya tak akan mengekang dan tak akan menuntut.
Maka cinta pun akan bisa mengubah tanpa harus menuntut untuk berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun