Suatu hari di sebulah sekolah di Jawa Barat, ada seorang anak yang tidak berhasil lulus ujian nasional SD. Hal ini membingungkan semua orang karena anak ini bukan termasuk anak yang malas, atau tidak berprestasi. Prestasinya memang bukan juara, tapi juga bukan yang paling rendah.
Orang tuanya sangat kecewa bahkan sampai marah kepada Tuhan, dan berkata, "Tidak adil. Mengapa anak saya sampai tidak lulus, sementara mereka yang tidak seperti anak saya lulus? Tuhan tidak adil. Percuma saja saya ibadah."
Orang tuanya nangis tak habis-habis, guru-gurunya sedih dan kecewa luar biasa. Bayangkan, kalau saja satu anak ini lulus, tentu mereka tak akan mendapat cela karena sekolah mereka bisa meluluskan 100% muridnya. Mereka pun kemudian saling menyalahkan.
Kejadian yang nampaknya wajar terjadi. Ada yang tidak lulus, ya pasti orang tuanya marah, ya pasti guru-gurunya saling menyalahkan. Semua itu terasa wajar. Tapi tidak dengan si anak.
Ia tetap tenang, tetap bahagia, tetap bijaksana. Ia tampil ke muka, dan kemudian berkata, "Bapak, Ibu yang saya cintai, Â Bapak Ibu guru-guru dan Bapak Kepala Sekolah yang sangat saya hormati, saya mohon maaf karena saya tidak bisa menggembirakan hati Bapak Ibu, Bapak Ibu guru dan Bapak Kepala Sekolah. Saya belum bisa membuat hati Bapak Ibu puas dan bahagia di hari ini. Saya yakin ini adalah pelajaran dari Allah untuk saya. Pasti ada hikmah di balik kejadian ini. Marilah kita tetap syukuri dan marilah kita cari hikmahnya. Saya janji saya akan terus berusaha dan belajar."
Anak ini kemudian mengikuti kembali ujian di tahun berikutnya dan lulus dengan nilai baik. Alhamdulillah. Anak ini ternyata bukan hanya layak lulus, tapi ia sangat matang sebagai seorang anak. Mungkin kejadian ini dimaksudkan Allah untuk menunjukkan kepada orang tua dan gurunya, bahwa apapun yang terjadi, yakinlah bahwa ada niat baik Allah di baliknya.
Kejadian ini juga diizinkan Allah terjadi untuk menunjukkan kematangan anak ini di mata orang tuanya, guru-gurunya, kepala sekolah dan semua murid lainnya. Kejadian ini menjadikannya sebagai sumber inspirasi, yang tak akan terjadi kalau ia lulus seperti anak lainnya.
Kejadian ini juga diizinkan Allah terjadi untuk mengajarkan semua yang menyaksikan bahwa syukur dan sabar selalu ada dalam segala kesempatan.
Kecewa, marah, tidak terima atas ketentuanNya sering terjadi, tapi apa yang sering terjadi ini tidak selalu yang terbaik. Dan anak ini bisa menunjukkan bahwa saat seseorang tetap sabar, syukur dan mampu mencari hikmah di balik bencana, maka itulah celah untuk karunia berlimpah dariNya.
Dan inilah satu-satunya jalan untuk bahagia, dengan menjadi manusia yang ikhlas, menerima segala ketentuan Allah, mensyukurinya, dan berbagi tanpa pamrih dari apa yang didapatnya dari ketentuan tersebut.
Seberapa sabar dan syukur kita dalam setiap kondisi?