Alhamdulillah, aku punya dua guru  "perempuan" dalam hidupku. Satu nenekku, satunya lagi ibuku. Keduanya hebat.Â
Dari nyanyah, nenekku, aku belajar tentang pentingnya perempuan sebagai ibu, istri, dan aktivis. Baginya peran ibu dan istri itu suci, utama dan sangat mulia. Apapun akan dikorbankannya untuk keluarga.
Dari mama aku belajar menjadi seorang professional perempuan. Perempuan pun bisa jadi pejuang tangguh di masyarakat. Dan keluarga - bersama ibu dan ayah - bisa sama-sama berkorban untuk membangun usaha.
 Beda pendekatan, sehingga aku bisa dapat semuanya, Alhamdulillah.
 Dan bagi keduanya sama, aku harus mendapat kesempatan nomor satu. Anak perempuan yang dibuat yakin bahwa aku mampu dan bisa. Tinggal mau atau tidak.
 Sampai di sebuah simpang jalan, di mana aku merasa sebagai perempuan, I can have it all, Alhamdulillah. Allah sudah kasih apapun yang aku inginkan. Keluarga yang membahagiakan, profesi yang asik, prestasi dalam luar negeri. Mau apa lagi?
 Dan saat itulah justru aku baru sadar... sebagai perempuan aku belum punya Allah.
Jelas aku beragama. Jelas aku shalat lima waktu. Aku Islam, pastinya. Tapi ternyata sebagai perempuan... aku suka lupa bahwa aku punya Allah.
 Merasa harus jadi Super Woman dalam segala hal.
 Itulah perempuan..
 Suka lupa bahwa kita tak perlu mikir sendiri
 Tak perlu memimpin sendiri di kantor
 Tak perlu bekerja sendiri sebagai professional
 Tak perlu menanggung beban sendiri bersama suami
 Tak perlu menjadi penopang sendiri bersama suami
 Tak perlu menggantungkan diri pada cinta siapapun
Langsung Allah ambil berbagai karunia Yang sebelumnya selalu kunikmati, dan Allah buat aku sadar bahwa sebagai perempuan, aku punya Allah...
 Yang tak pernah meninggalkanku
 Yang selalu mencukupiku
 Yang selalu menjadi penopang hidupku
 Yang selalu berfikir untukku
 Yang hanya memberikan yang terbaik
 Coba rasakan... sebagai perempuan, lebih ringan nggak kepala dan bahu setelah semua beban diserahkan ke Allah?
 Lebih indah nggak dunia?