Tuhan pindah ke harga diri. Kalau benar-benar mengesakan Allah: "Alhamdulillah. Bekal akhirat pun bertambah, sesuai janjiNya. Tak penting penilaian orang. Yang penting adalah penilaian Allah."
"Aku divonis kanker. Bagaimana hidup anak-anakku nanti? Mereka masih kecil-kecil."
Tuhan pindah ke kanker. Kankerkah yang menentukan hidup dan mati? Anak-anak hidup karena kitakah? Jangan G-R, hehe. Kalau benar-benar mengesakan Allah: "Alhamdulillah. Allah berikan aku ujian sakit. Aku akan minta petunjukNya karena hanya Allah Maha Penyembuh. Aku akan berikhtiar dalam jalanNya untuk mencari kesembuhan dariNya, berdasarkan petunjukNya. Kalau ini jalan menujuNya, aku ikhlas. Kalau aku diizinkan sembuh? Alhamdulillah. Apapun dariNya pasti baik. Anak-anak? Cukuplah Allah yang mengurus mereka. Pasti Allah sudah punya rencana juga untuk mereka. Aku hanya alatnya selama ini mengurus anak-anak."
Berhati-hatilah dengan galau, keluhan, kekhawatiran dan ketidakyakinan. Semua itu didasari pada ketidakyakinan akan keesaanNya. Manusia yang benar-benar bertauhid itu selalu optimis, yakin, tenang, percaya diri, dan prasangka baik padaNya.
Hal-hal di atas adalah berbagai penodaan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita sehari-hari. Ada banyak lagi penodaan tauhid, seperti:
- membunyikan klakson saat melalui terowongan, atau jalan tertentu, supaya selamat tidak diganggu "penunggu"
- sesajen ke laut supaya "selamat" atau ke sawah supaya "sukses panen."
- meminta kekayaan ke dukun, kuburan, leluhur, atau mengerjakan hal-hal "hoki" yang tak masuk akal.
Yuk, kita junjung tinggi tauhid. Baik dalam bentuk fisik, tertulis, maupun amalan sehari-hari. Ini yang paling penting. Ini pula yang insya Allah bisa membawa kalimat ini ke bibir kita di penghujung usia nanti. Aamiin... ridloilah, ya Allah.
Â
Â