4. Bencana datang dari pantai, tempat sesajen dilarungkan
Meskipun sudah diingatkan, walikota setempat tetap mengaktifkan kembali tradisi sesajen laut. Lalu kita bisa bilang apa saat bencana datang dari laut?
Tidak semua tradisi bisa dilanjutkan. Memang kesannya "tidak nusantara" tapi bagaimana kalau tradisi tersebut melanggar perintah Sang Maha Kuasa? Kita diciptakan dulu sebagai ruh baru dikirim ke orang tua yang kebetulan orang Indonesia, kan?
5. Tidak menghargai mereka yang mengajak pada kebaikan
Saat walikota diingatkan untuk tak lagi melakukan kesyirikan, dan tak lagi mengumbar aurat, tak ada yang mengindahkan peringatannya. Mirip kan seperti kisah para nabi yang umatnya dibinasakan?Â
6. Kebaikan benar-benar menyelamatkan
Ada sahabat SMA ku yang kebetulan sedang bertugas di Palu. Sebelum berangkat ia sudah dijadwalkan menginap di sebuah hotel. Ia menolak hotel tersebut dan minta hotel lainnya, ternyata penuh. Akhirnya ia pun dijadwalkan menginap di sebuah hotel yang sesuai dengan kehendak hatinya. Ternyata hotel yang ditempatinya selamat. Dua hotel yang batal di booking hancur. Dan akhirnya sahabatku ini selamat dijemput ke Makasar berkumpul bersama keluarga. Sahabatku ini baik, lemah lembut, semua orang sayang padanya, seorang Katolik yang taat. Aku yakin kebaikannya ini menyelamatkannya.
Ada lagi kisah seorang pengusaha yang tiba-tiba entah kenapa ingin menghubungi ibunya dan minta ibunya mendoakannya. Ibunya pun mendoakannya dan memaafkannya saat anaknya ini minta maaf atas semua dosanya. Dan ternyata ia termasuk yang selamat dan bisa pergi ke Jakarta, diwawancara ILC. Doa ibu untuk anak yang berbakti benar-benar menyelamatkan.
 Sahabat, yuk, kita belajar dari Palu. Jangan ulang lagi berbagai kesalahan yang telah dilakukan di sana. Yuk kita saling mengingatkan untuk menjaga kebaikan agar selalu ada, terjaga dan merata. Saling mengingatkan agar segala bentuk maksiat dan keburukan tak lagi terjadi. Yuk, kita mulai dari hati kita, kata-kata kita, perilaku kita, pakaian kita, sampai akhirnya kita ingatkan siapapun yang bisa kita ingatkan. Berbuatlah apapun yang bisa kita perbuat. Jangan sampai terlambat. Jangan sampai menyesal. Kita seperti penumpang dalam sebuah perahu. Kalau ada yang melubangi perahu dan kita tak mencoba mencegahnya, kita pun bisa ikut tenggelam.
 Dari Ummu Salamah, dia berkata :
"Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Bila perbuatan- perbuatan maksiat di tengah umatku telah nyata, maka Allah akan menimpakan azabNya kepada mereka secara merata." Ia berkata, "Lalu aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, bukankah di tengah mereka itu ada orang-orang yang shalih.?' Beliau menjawab, "Benar."