Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Kuli Bangunan, Miskin, Tak Bisa Baca Tulis? Bisa Kok Sukses

12 Juli 2018   07:50 Diperbarui: 12 Juli 2018   07:54 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Sanawi. Asal Blora, Jawa Tengah. Pendidikan SD kelas 1. Waktu kecil ia sering diejek teman-temannya karena tak faseh baca tulis lantaran orang tuanya tak mampu menyekolahkannya. Ia pun mencari uang dengan menjadi penggembala sapi. Di usia 16 tahun ia mencoba merantau ke Jakarta. Dengan modal Rp 7.500 hasil berjualan ketela ia pergi ke Pulogadung.

 Tapi di sana ia malah ditinggal teman seperjalanannya. Ia pun menangis. Tak ada yang mau ditumpangi untuk menginap. Memang ia selalu dihina karena paling miskin. Karena tak merasa faham Jakarta, ia pulang kembali ke kampungnya. Ia pun kemudian bertekad untuk menjadi kaya, dan tak akan ada lagi yang bisa menghinanya.

Tak lama kemudian diberanikannya untuk pergi kembali ke Jakarta. Kali ini ia sukses jadi kuli bangunan dan rongcet, borong cat. Tahun 2006 ia pergi ke Samarinda, Kalimantan Selatan juga untuk menjadi kuli bangunan. 

Sebagai pekerjaan sampingan ia mulai berjualan es krim dengan meminjam modal dari teman sebanyak Rp 60.000. Setiap hari ia berkeliling menawarkan es krim. Meskipun sering diusir, ditolak, ia sukses mendapatkan Rp 150.000 setiap hari, yang dikumpulkannya untuk belil motor. Pelan-pelan ia pun akhirnya bisa mendapatkan pinjaman bank untuk beli mobil bak terbuka.

Makin besar usaha es krimnya, Sanawi pun makin semangat. Ia jadi banyak belajar dan berkumpul, networking dengan para pengusaha es krim lain. Kesuksesannya menarik teman-teman kuli bangunan di proyeknya untuk bergabung bersamanya. Mereka pun akhirnya menjadi penjaja es krim juga. 

Sanawi pun naik kelas menjadi pemasok mereka. Dalam tiga tahun ia punya 400 mitra. Kini ada 700 mitra dan 27 subdistributor es krim pemasoknya di Kalimantan, Makasar, Manado, Batam dan Jakarta. Para mitra didiknya agar sukses berjualan.

Pelan-pelan ia pun naik kelas lagi memproduksi es krim sendiri dengan merek Vanesa. Vane dari nama anaknya dan Sa dari namanya sendiri, Sanawi. Kini mantan kuli bangunan ini punya pabrik es krim di Kudus, Jawa Tengah dengan penjualan 9.000 ember es krim dan omzet milyaran rupiah, selain memproduksi 40.000 cone setiap hari.

Dikembangkannya bisnisnya ke berbagai ranah bisnis. Dari minimarket, penyewaan kontainer, dan ayam bebek beku. Ia paling takut kalau berurusan dengan kontrak, karena keterbatasannya dalam hal administrasi. Ia selalu meminta bantuan teman-temannya. Sampai akhirnya ia meminta anaknya mengajarkannya membaca dan menulis.

Kunci suksesnya dibuatnya dalam sebuat formula: URIP.
 U: Usaha
 R: Rukun
 I: Iman
 P: Percaya diri
 Keberhasilan bisnis itu hasil kemauan, keyakinan diri dan usaha. Usaha tak akan mengkhianati hasil, sambil menerima masukan dari berbagai pihak.

Nah, sahabat, Allah memberikan rizki tanpa pandang batas. Kuli bangunan buta huruf pun diberikan izin untuk sukses kalau benar-benar berusaha. Jadi, jangan pernah putus asa. Jangan pernah putus harapan dari rahmatNya. Carilah terus rahmat dan rizkiNya dalam jalanNya.

Kira-kira apa nilai yang didapat dari kisah ini, khusus untukmu, sahabat?
 Apa hal yang paling sederhana, paling mudah dilakukan hari ini, untuk bisa selangkah lebih maju, belajar dari kisah ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun