Masih dengan gaya khasnya, Bahlul berkata, "Ketenangan hamba bukanlah karena merasa yakin bahwa hamba tidak akan digantung. Hamba yakin bahwa apa pun yang telah ditetapkan Allah adalah yang terbaik, dan memang demikian seharusnya. Jadi, hamba benar-benar tunduk dan pasrah pada kehendakNya. Pada gilirannya, hal ini membuat hamba demikian damai dan tenang."
Ia pun kemudian berkata pada Hakim, "Jika Dia memilih memberi hamba racun pahit dan mematikan, maka hamba akan menerimanya sebagai gula yang manis dan anugerah dariNya."
Kisah Syeikh Bahlul ini diambil dari kitab Mushibatnama oleh Fariduddin Athtar. Inilah contoh yang sangat baik mengenai sikap berserah diri 100% pada Allah. Hanya Allah lah wakilku, cukup Allah saja aku berserah diri.
Luar biasa. Â Inilah kisah seorang hamba Allah yang yakin bahwa apapun yang terjadi berasal dariNya, dan pasti yang terbaik. Allah dicintainya lebih dari segala apapun yang ada didunia. Dan ia yakin sepenuhnya bahwa Allah mencintainya lebih dari segalanya pula. Maka ia pun bahagia atas apapun yang terjadi, karena yakin bahwa semuanya ada berkat cinta seorang yang tercinta dan penuh cinta.
Nah, apa yang bisa kita ambil dari sini?
Di manakah level kita saat ini dalam hal kedekatan kita padaNya? Bagaimana sikap berserah diri kita padaNya? Sejauh mana kita yakin bahwa semua hidup kita sudah diaturNya? Dan semua didasari pada cintaNya?
Mungkin semua bisa kita evaluasi dari sikap ketenangan kita. Seberapa jauh kita merasa damai pada hati, pikiran dan jiwa kita? Tercermin dari tubuh yang benar-benar sehat lahir bati? Seberapa jauh kita dari galau dan khawatir?
Nikmat dan bencana semua menjadi sama. Karena semua adalah karunia penuh cinta dari Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang menyayangi kita lebih dari ibu kandung kita sekalipun.
Bagaimanakah kita bisa belajar dari kisah Balul yan satu ini? Bagaimana kita bisa #NaikKelas dari kejadian ini? Agar hidup selalu damai, aman dan penuh cinta?
Sumber: Ketika Bahlul Akan Digantung oleh Nadirsyah Husein
Ditayangkan juga di  Bahlul 3: Nikmat dan bencana sama saja, jadi biasa-biasa saja untuk keduanya