Pujangga kenamaan, Rumi, pernah menulis:
 "Jalan kehidupan ruhani itu membuat badan menjadi remuk, dan kemudian memulihkannya menjadi sehat. Dia menghancurkan rumah untuk mengeluarkan harta berharga, dan dengan harta itu dapat dibangun rumah yang lebih baik dari sebelumnya ... "
Betapa indah.
Sesungguhnya tiap jiwa mendapat kesempatan untuk disucikan. Setiap musibah, penyakit, ujian, bencana dan berbagai kejadian adalah bentuk cintaNya menjangkau hati kita untuk mau berjalan menujuNya dan mensucikan hati dari gemerlap dunia.
Sayang tak semua hambaNya sadar dan mampu membaca pesan kasih Sang Pencipta melalui berbagai ujian ini. Banyak yang malah memaki Sang Maha Kasih dan mengatakanNya tak adil, tak hadir, atau tak peduli.
Bukan tak peduli, tapi justru sangat peduli.
Sehingga tiap kejadian bisa mendekatkan kita atau justru menjauhkan kita dari Sang Maha Kasih. Inilah ujian sesungguhnya, lebih tinggi dari ujian yang kasat mata. Mampukah kita mencintai dan menghargai setiap langkah yang kita hadirkan berkat ujian tersebut, setelah kita mencintai ujianNya? Atau kita melakukan semua itu dengan hati kesal, gundah gulana?
Sehingga setiap sakit bisa membawa doa atau hujat
 Setiap bencana bisa membawa sujud atau kufur
 Setiap musibah bisa membawa kesempurnaan atau kehancuran
 Setiap hal bisa membawa kita padaNya atau menjauhkan kita dariNya
Kita yang pilih. Mau yang mana?
 Seberapa besar kita mencintai cobaanNya?
 Seberapa mampu kita mengasihiNya melalui cobaanNya?
 Seberapa murni kita mencintai kecintaan di hati kita
 yang hadir bersama setiap ujianNya?
Kita yang menentukan.
 Mau yang mana, sahabat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H