Setiap kali ada yang menghubungi saya untuk menceritakan diagnosa kankernya, saya selalu memberikan ucapan selamat, dan mensyukurinya. Saya ingin mengondisikan jalan pikirannya bahwa kanker pun perlu disyukuri. Karena saya merasakan sendiri betapa nikmatnya menghadapi kanker dengan rasa syukur.
Emosi positif, seperti rasa syukur, tenang, bahagia, sangat membantu kita kreatif mencari jalan keluar dari permasalahan apapun. Badan menjadi relaks, dan energi mengalir deras untuk menyembuhkan organ apapun yang sedang sakit.
Sebaliknya, panik, sedih, dan demotivasi akan menutup otak dari kreativitas. Kita jadi tidak bisa berpikir jernih untuk mencari solusi-solusi terbaik yang bisa kita jalani dengan nyaman dalam kondisi yang ada. Dan yang paling berbahaya, begitu kita panik, sedih atau demotivasi, tubuh menegang, otot tak lagi kendur, semua mengalami kontraksi. Bagaimana energi bisa mengalir untuk menyembuhkan? Itulah sebabnya banyak penerima kurikulum kanker yang stadiumnya naik drastis justru ketika tahu bahwa kanker itu ada.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan melalui University of Missouri-Columbia, para penerima kurikulum kanker payudara dihubungi 30 bulan setelah selesai menjalani perawatan medis. Mereka menemukan bahwa dukungan sosial, persepsi positif terhadap kanker, keyakinan agama, spiritualitas, kemampuan memberdayakan diri, dan keyakinan akan pulih adalah hal-hal yang sangat penting dalam proses pemulihan paska pengobatan, untuk terus bebas kanker.
Temuan ini konsisten dengan model kesehatan psikoneuroimunologis di mana variabel psikososial bisa mengatasi stres dan memengaruhi hasil kesehatan.Â
Sebuah studi oleh Tumor Center di University of Regensburgdi Regensburg, Jerman mengamati pengalaman penerima kurikulum kanker payudara di Bavaria, Jerman tujuh tahun setelah pengobatan. Sebanyak 42% responden menunjukkan bahwa berpikir positif dan "semangat juang" adalah saran terpenting yang akan mereka berikan kepada sesama penerima kurikulum kanker payudara lainnya.
Sebuah studi di Capitol Medical University di Beijing, menemukan bahwa emosi positif sangat terkait dengan tekanan darah di kalangan orang tua dengan penyakit kardiovaskular.
Penelitian di atas hanya beberapa dari banyak penelitian lain. Berbagai penelitian yang ada membuktikan bahwa emosi positif sangat terkait dengan kesehatan. Ada bukti kuat bahwa hubungan ini nyata dan bahkan bisa menyelamatkan nyawa. Setiap pemikiran positif bisa menjadi langkah menuju kesehatan dan kehidupan yang semarak.
Dan emosi positif tidak mahal. Kita bisa langsung bersyukur kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja, termasuk diri sendiri. Kita bisa mulai sekarang, segera. Mulailah dengan senyum dan membangun kebiasaan latihan pernafasan, atau tafakur sambil terus menghayati berbagai nikmat dan karuniaNya yang sungguh luar biasa besar. Syukuri semua itu, dan ikhlaskan apapun yang terjadi, karena semua pasti baik. Kita hanya harus percaya dan yakin pada-Nya.
Murah, meriah dan penting. Jadi apa yang dapat kita lakukan saat ini juga untuk mulai lebih banyak lagi bersyukur, lebih banyak lagi berpikir positif, tersenyum dan berbagi dengan tulus ikhlas?
Bukan karena kita butuh balasan, atau karena kebaikan orang lain, tapi karena Sang Maha Pencipta sudah sedemikian baik pada kita, dan kita hanya harus mengembalikannya dalam bentuk syukur dan berbuat baik pada hamba-hambaNya yang lain.