Dalam sebuah pertandingan, para atlit, anak-anak berkebutuhan khusus, siap-siap berlomba dengan semangat. Semua  gembira, baik yang akan bertanding maupun orang tua serta semua yang menonton.
Wasit pun menembakkan pistol tanda pertandingan dimulai. "Go" teriaknya. Dan semua orang pun bersorak menyemangati atlit-atlit kecil ini.Â
Tiba-tiba salah satu pelari jatuh. Semua terhenyak dan menahan nafas. Pelari lain pun tiba-tiba menghentikan larinya. Dan tiba-tiba terjadilah peristiwa yang mengharukan. Para pelari anak-anak berkebutuhan khusus ini menghampiri kompetitor mereka yang jatuh, menarik tangannya, membantunya berdiri, dan kemudian mereka mengaitkan siku mereka semua dan mereka berlari bersama menuju garis finish sambil berkaitan siku. Semua menang, semua bahagia. Bukan salah satu menang yang dicari tapi menang bersama dan bahagia bersama.
Semua penonton bersorak dalam haru sampai banyak yang meneteskan air mata.Â
Anak-anak atlit pelari kecil ini mengajarkan banyak hal pada kita, untuk memulai tahun baru ini. Sudah terlalu banyak kompetisi yang saling sikut, saling menjatuhkan, saling menghalangi. Hati menjadi kotor karena kita SMS, Suka Melihat oran Sakit, dan Sakit Melihat orang Senang. Inilah penyakit hati yang muncul di zaman serba kompetisi ini. Berbagai obrolan mengarah ke gossip, seakan diri sendiri tak ada keburukan. Dan kita dibuat lelah olehnya, belum lagi sakit badan yang tak kunjung pulih akibat sakit di hati yang kotor dan penuh rasa ingin menang sendiri.
Anak-anak ini dengan indahnya mengajarkan kita bahwa hidup lebih indah saat kita tersenyum bahagia bersama dan bukan tertawa saat yang lain menangis.
Saat kita berkolaborasi dan bukan berkompetisi.
Membantu orang berhasil dan bukan hanya berhasil sendiri
Saat kita mendoakan dan bukan menggosipkan
Saat para pemimpin dan orang tua memberdayakan dan bukan menginstruksikan
Saling mengingatkan dan bukan saling menjatuhkan
Saling menerima dan bukan menuntut
Saling memberi dan bukan transaksi
Mampu menerima ketentuanNya tanpa menganalisa
Mengasihi tanpa kondisi
Mencintai tanpa menghakimi
Atlit-atlit mungil ini menjadi tanganNya untuk mengingatkan kita bahwa dunia tak akan berubah menjadi lebih indah seperti yang kita harapkan, kalau kita tidak memulainya dari hati kita sendiri.
Harmoni mulai dari hati yang murni.
Yang ikhlas, menikmati dan mensyukuri semua ketentuanNya
Yang memberi tanpa harap kembali
Dan akhirnya mampu mencari bahagia dalam keberhasilan bersama, bukan sendiri.
Harmoni mulai dari diri kita sendiri.
Karena bahagia adalah pilihan.
Dan damai adalah keputusan.
Sumber inspirasi:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H